Mohon tunggu...
Dr Ing. Suhendra
Dr Ing. Suhendra Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, technopreneur, dosen, hobby traveller

Tinggal di Jogja, hoby travel dan baca. Sehari-hari sebagai konsultan, dosen dan pembina beberapa start-up

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Cerita dari Kunjungan Pembangkit Nuklir Jerman: Memahami Kerinduan Nuclear Renaissance

16 Januari 2025   21:46 Diperbarui: 17 Januari 2025   11:23 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nuclear renaissance (Sumber foto pribadi)

Saya: "Ganz einfach. Wir zuenden Kerzen an."

(Sangat mudah. Kita nyalakan lilin.)

Jahn: "Und dann stirbst du an der Rauchvergiftung. Perfekt."

(Lalu kau mati karena keracunan asap. Sempurna !!!)

Jahn: "Also, sterben wir an der Armut oder an der Explosion?" (Jadi, kita mau mati karena kemiskinan atau karena ledakan?)

"Keine Ahnung..." (nggak tahu tuh...) kataku.

Jahn: "Unseren Kindern und wir sterben an den Brokratie und Politik, mein Freund." (Kita dan anak-anak kita akan mati kebanyakan akibat karena birokrasi dan Politik, kawanku.)

Dan untuk pertama kalinya, tidak ada yang tertawa.

Masa Lalu dan Kerinduan terhadap Nuklir

Kunjungan saya ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Isar di Jerman adalah pengalaman yang luar biasa dan penuh wawasan. Terletak di dekat kota Landshut, Bavaria, PLTN Isar terdiri dari dua reaktor, yaitu Isar 1 dan Isar 2.

Keduanya memiliki peran penting dalam sejarah energi Jerman sebelum akhirnya dihentikan sebagai bagian dari kebijakan transisi energi bersih negara tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun