Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta yang Menua - Bab VII – Satu (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)

2 Juni 2016   23:31 Diperbarui: 4 Juni 2016   20:43 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Pecahkan kacanya. Asap sudah terlalu tebal untuk leluasa bernafas. . . . . .!” pekik seorang wanita di lantai tiga.

Dan entah suara-suara apa lagi. Semua mulut mengeluarkan suara, bersamaan, bersahutan, dan saling lindas hingga suara yang paling keraslah yang terdengar.  Semua ingin menyelamatkan diri, keluar dari bangunan restoran yang mewah itu. Pintu restoran yang lebar itu tidak cukup untuk menampung pengunjung yang berjejalan ingin keluar dalam waktu bersamaan. Panasnya api yang berkobar menjadikan suasana tak terkendali. Kepanikan itu membuat beberapa orang wanita dan anak-anak terjatuh dan terinjak-injak.

“Beri kesempatan perempuan untuk lebih dahulu keluar. . . . . Yang lain sabar, sabar. . . ..!”

“Hooi, Kawan. . . . . Jangan injak, jangan injak. . . . .aaaarrgggk. . . . .!” suara lelaki tua merintih. Desakan dan dorongan kuat dalam upaya untuk menyelamatkan diri tidak memberi  kesempatan pada setiap orang untuk menghiraukan keselamatan orang lain. Yang terlanjur terjatuh tak ayal lagi terinjak-injak begitu saja.

“Aduh lenganku . . . . patah. . . . . aduh. . . .!”  pekik seorang perempuan yang terjepit di pintu keluar ketika tiba-tiba engsel daun pintunya lepas

Berdesakan, berimpitan, saling langgar dan injak menyebabkan jatuhnya korban. Luka, pingsan, patah, keracunan asap, dan bahkan ada yng hangus terbakar. Belum lagi yang jatuh dari lantai ua dan tiga. Beberapa orang jelas terjebak di ruangan kaca yang tidak dapat keluar karena api sudah terlanjur meninggi dan membakar apa saja di luar ruang kaca.

Beruntung lima menit kemudian beberapa ruko dan toko sebelah kiri-kanan menghidupkan generator. Lumayanlah ada penerangan sedikit yang membantu penglihatan, selain dari nyala api yang mulai membakar meja-kursi dari kayu dan perabotan lainnya.

Dalam kondisi demikian upaya penyelamatan tamu restoran chinese food jadi lebih sulit. Meski api menjalar dengan cepat agaknya sistem penyelamatan dan evakuasi telah dipersiapkan dengan baik. Terbukti di luar gedung lantai dua atau tiga disediakan tangga besi darurat yang bisa ditarik turun untuk penyelamatan ke halaman restoran. 

Para pelayan restoran pun dengan cekatan membantu tamu-tamu untuk melepaskan diri dari jebakan api. Bila tiap lantai terdapat kira-kira lima puluh tamu, maka seratus lima puluh tamu harus diselamatkan. Ada dua puluh lima pelayan, pria dan wanita, termasuk teknisi, petugas kebersihan, teknik, dan tenaga satuan pengamanan yang bahu-membahu menyelamatkan pengunjung restoran.

“Waktu kita sangat sempit. Kerjakan semua penyelamatan sesuai pengetahuan dan keterampilan yang pernah diajarkan. Selamatkan sebanyak banyaknya, tapi jangan lupa menyelamatkan diri sendiri. . . .!” ujar seorang pelayan yang dijadikan pimpinan regu penyelamatan.

“Siap, Bos, laksanakan. Ayo, kita selamatkan para korban. . . . .!” jawab seorang petugas kebersihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun