Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta yang Menua - Bab VI – Dua (Tantangan 100 Hari Menulis Novel)

22 Mei 2016   23:14 Diperbarui: 22 Mei 2016   23:23 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pollock key Sumber gambar : https://allstaractivist.com/tag/abstract-expressionism/

“Jangan lupa, ia pemain drama lho, pemain teater, orang pangggung. Jangan-jangan. . . . .!”

“Ia telah dipermainkanku?” ujar Haji Lolong  bingung.

“Bisa jadi begitu. Sekarang Jon Bongsor dimana?”

“Ia sedang di toilet. Kubilang aku telah membubuhi racun di makanannya. . . . .hehe. Padahal kukira ia makan terlalu banyak dengan jenis makanan yang kupesan amat pedas sehingga perutnya melilit. Ia sepertinya percaya kata-kataku. . . . . .!”

“Oh, kalau begitu Papilah yang telah mengecoh seorang pemain drama ya? Wah agaknya cocok juga Jon Bongsor ketemu dengan Bro Haji untuk main drama dalam satu panggung. . . . . .hehehe!” komentar Wasi sambil tertawa.

“Mungkin saja.Tapi masak sih begitu mudahnya setiap orang bisa main drama?”

“Kenapa tidak, Pa? Alam raya ini ‘kan panggung, ada lagunya kok yang dinyanyikan Achmad Albar dengan grup band GodBless. Liriknya berbunyi: “. . . . .dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. . . . . .”

“Itu lagu kesukaan Papi juga. Kalau setiap orang harus bermain sandiwara nanti panggung pertunjukkan penuh sesak, pasti ceritanya jadi picisan dan tidak bermutu”

“Hahaha, Papi lucu . . . . .! Picisan atau tidak itu pilihan kita masing-masing. Dan yang pasti, ditengah sedmikian banyaknya cerita picisan, pasti ada satu dua cerita bagus penuh inspirasi,  motivasi, nasehat, dan edukasi. Tergantung bagaimana cara dan sudut pandang kita dalam melihat dan memaknainya. . . .!”

“Kukira memang begitu ya . . . .! Nah, itu Jon Bongsor  sudah kembali dari toilet. Kamu mau ikut menemuinya di sini?”

“Dimana, Pa?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun