“Jangan lupa, ia pemain drama lho, pemain teater, orang pangggung. Jangan-jangan. . . . .!”
“Ia telah dipermainkanku?” ujar Haji Lolong bingung.
“Bisa jadi begitu. Sekarang Jon Bongsor dimana?”
“Ia sedang di toilet. Kubilang aku telah membubuhi racun di makanannya. . . . .hehe. Padahal kukira ia makan terlalu banyak dengan jenis makanan yang kupesan amat pedas sehingga perutnya melilit. Ia sepertinya percaya kata-kataku. . . . . .!”
“Oh, kalau begitu Papilah yang telah mengecoh seorang pemain drama ya? Wah agaknya cocok juga Jon Bongsor ketemu dengan Bro Haji untuk main drama dalam satu panggung. . . . . .hehehe!” komentar Wasi sambil tertawa.
“Mungkin saja.Tapi masak sih begitu mudahnya setiap orang bisa main drama?”
“Kenapa tidak, Pa? Alam raya ini ‘kan panggung, ada lagunya kok yang dinyanyikan Achmad Albar dengan grup band GodBless. Liriknya berbunyi: “. . . . .dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. . . . . .”
“Itu lagu kesukaan Papi juga. Kalau setiap orang harus bermain sandiwara nanti panggung pertunjukkan penuh sesak, pasti ceritanya jadi picisan dan tidak bermutu”
“Hahaha, Papi lucu . . . . .! Picisan atau tidak itu pilihan kita masing-masing. Dan yang pasti, ditengah sedmikian banyaknya cerita picisan, pasti ada satu dua cerita bagus penuh inspirasi, motivasi, nasehat, dan edukasi. Tergantung bagaimana cara dan sudut pandang kita dalam melihat dan memaknainya. . . .!”
“Kukira memang begitu ya . . . .! Nah, itu Jon Bongsor sudah kembali dari toilet. Kamu mau ikut menemuinya di sini?”
“Dimana, Pa?”