Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[HUT RTC] Bangkitnya Kaum Tertindas

13 Maret 2016   01:18 Diperbarui: 13 Maret 2016   01:35 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption="Ilustrasi - latitudes.nu"][/caption]Minggu kedua: terinspirasi novel

Minke:

Jiwa yang belah dengan langkah resah terpatah-patah

Di antara keraguan  dan tantangan

Kau coba melawan keterbatasan

Ketakutanmu yang terdalam bukanlah karena ketidakmampuan

Ketakutanmu yang terdalam  justru karena kemampuanmu yang luarbiasa

Untuk menembus batas....*)

Laksana bening air mengalir menerobos berbagai rintangan

Hidupmu pun mengalir meretas cadas, menjajal  terjal

Keberuntungan yang berpihak padamu

Menyajikan aneka rupa cemilan keberhasilan di tengah keresahan

Di meja kebimbangan.

Keprigelanmu dalam olah wicara

Kemahiranmu dalam menyusun wacana

Meski orangtua senantiasa mengingatkan jati dirimu

Kau tetap melesat dalam kembara

Terbakar oleh tugas, kewajiban, pelajaran dan cinta

Di saat-saat  kau berada di puncak dunia

Dengan segenggam ijazah dan kejuaraan

Disusul pesta pora pernikahan yang tlah lama kauidamkan

masih juga kau dengar nasihat bestari bunda:

“Ngger, anakku, kaulah satria pinadita, yang harus tetap waspada

Inilah lima syarat utama agar hidupmu bahagia:

Wisma, garwa (wanita), turangga, kukila dan curiga.. **)

Teguhkan langkahmu tabahkan hatimu”.

Tetiba langit pun ambleg kala kau dengar berita pengadilan

Para kekasih yang terampas, hidup yang diceraiberai

Harapan dan masa depan yang dipupus...

Di sinilah ketakberdayaan diuji, terinjak-ijaknya harga diri

Tercabik-cabiknya nurani

Dan kau masih ingin tersenyum sambil mbrebes mili...

 

Nyai Ontosoroh:

 

Dari segumpal dendam

Dari seduka derita

Dari senista hina

Dari sekubang jelaga

Dari selembur lumpur

Dari  seringai caci

Kau tuangkan dalam belanga candradimuka

Kau taburkan secelah cahaya

Kau renda sebongkah asa

Dengan benang air mata

Dengan jarum pembelajaran

Kau aduk dengan mendaraskan zikir perlawanan

Lawan kebodohan

Lawan penistaan

Lawan kemiskinan

Lawan penindasan

Lawan kehormatan

Kautegakkan benang basah

Mengucap hasrat meneguhkan niat malafaskan amanat

Bangkitlah saudariku!

Dari keterpurukan derita ketertindasan bangsa

Harga diri yang tergadai, kemanuisaan yang terbantai

Dan kejayaan pun kau kibarkan

Meerdeka!

 

Annelies:

 

Dari atas geladak kapal yang meringkus tubuh rapuh kurus pucat mata mati

Sebelum kapal bergerak meninggalkan tumpah darah negeri penuh kenangan warna-warni keindahan dan kenelangsaan untuk menuju ke negeri leluhur

Oleh pkelicikan pengadilan yang takpenah adil

Kutitipkan pesan untuk kekasih hati lewat angin mati

Dan lautan pun berubah menjadi air mata”

“Ceritakan padaku :

Tentang laut yang tak pernah berhenti menyimpan misteri

Tentang kain batik dan pakaian pengantin  hasil tenunan bunda dengan air mata

Tentang mama tercinta, wanita perkasa pejuang tangguh pembelajar handal guru yang bijak

Tentang masa silam dan kebahagiaan yang pernah kita reguk bersama

Tentang adik perempuan yang kuharap tak menyusahkan

Tentang hari-harimu sepeninggalku

Tentang perjumpaan kita yang entah di suatu hari nanti...”

 

Desir angin pun berhenti

Sepi!

Mati!

 

*) liris dari film Coach Carter

**) keutamaan satria Jawa: wisma = rumah, garwa = pasangan (istri), turangga = kendaraan, kukila = hiburan, klangenan, curiga = keris, keamanan, kewaspadaan, keperwiraan.

 

Terinspirasi oleh roman BUMI MANUSIA karya agung Pramoedya Ananta Toer.

 

Sinopsis:

 

Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke adalah seorang pribumi yang pandai, ia sangat pandai menulis. Tulisannya bisa membuat orang sampai terkagum-kagum dan dimuat di berbagai koran Belanda pada saat itu. Sebagai seorang pribumi, ia kurang disukai oleh siswa-siswi Eropa lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner. Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.

Selain Minke, tokoh lain seorang "Nyai" yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan. Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Tetapi, kesadaran Nyai Ontosoroh  akan kondisinya, justru membuat dia berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia. Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya hanyalah dengan belajar.

Tokoh utama lain adalah  Anneliesse, anak dari Nyai Ontosoroh dan Tuan Millema. Minke menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Annelies.

Melalui buku ini, Pram menggambarkan bagaimana keadaan pemerintahan kolonial Belanda pada saat itu secara hidup. Pram, menunjukkan betapa pentingnya belajar. Dengan belajar, dapat mengubah nasib. Nyai yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa HBS. Bahkan pengetahuan Nyai, yang diperoleh dari Tuan Mellema,  buku-buku, juga dari pengalaman kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas dari guru-guru sekolah HBS.

Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan HUT perdana Rumpies The Club.

[caption caption="sumber: Rumpies "]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun