[caption caption="Ilustrasi - latitudes.nu"][/caption]Minggu kedua: terinspirasi novel
Minke:
Jiwa yang belah dengan langkah resah terpatah-patah
Di antara keraguan dan tantangan
Kau coba melawan keterbatasan
Ketakutanmu yang terdalam bukanlah karena ketidakmampuan
Ketakutanmu yang terdalam justru karena kemampuanmu yang luarbiasa
Untuk menembus batas....*)
Laksana bening air mengalir menerobos berbagai rintangan
Hidupmu pun mengalir meretas cadas, menjajal terjal
Keberuntungan yang berpihak padamu
Menyajikan aneka rupa cemilan keberhasilan di tengah keresahan
Di meja kebimbangan.
Keprigelanmu dalam olah wicara
Kemahiranmu dalam menyusun wacana
Meski orangtua senantiasa mengingatkan jati dirimu
Kau tetap melesat dalam kembara
Terbakar oleh tugas, kewajiban, pelajaran dan cinta
Di saat-saat kau berada di puncak dunia
Dengan segenggam ijazah dan kejuaraan
Disusul pesta pora pernikahan yang tlah lama kauidamkan
masih juga kau dengar nasihat bestari bunda:
“Ngger, anakku, kaulah satria pinadita, yang harus tetap waspada
Inilah lima syarat utama agar hidupmu bahagia:
Wisma, garwa (wanita), turangga, kukila dan curiga.. **)
Teguhkan langkahmu tabahkan hatimu”.
Tetiba langit pun ambleg kala kau dengar berita pengadilan
Para kekasih yang terampas, hidup yang diceraiberai
Harapan dan masa depan yang dipupus...
Di sinilah ketakberdayaan diuji, terinjak-ijaknya harga diri
Tercabik-cabiknya nurani
Dan kau masih ingin tersenyum sambil mbrebes mili...
Nyai Ontosoroh:
Dari segumpal dendam
Dari seduka derita
Dari senista hina
Dari sekubang jelaga
Dari selembur lumpur
Dari seringai caci
Kau tuangkan dalam belanga candradimuka
Kau taburkan secelah cahaya
Kau renda sebongkah asa
Dengan benang air mata
Dengan jarum pembelajaran
Kau aduk dengan mendaraskan zikir perlawanan
Lawan kebodohan
Lawan penistaan
Lawan kemiskinan
Lawan penindasan
Lawan kehormatan
Kautegakkan benang basah
Mengucap hasrat meneguhkan niat malafaskan amanat
Bangkitlah saudariku!
Dari keterpurukan derita ketertindasan bangsa
Harga diri yang tergadai, kemanuisaan yang terbantai
Dan kejayaan pun kau kibarkan
Meerdeka!
Annelies:
Dari atas geladak kapal yang meringkus tubuh rapuh kurus pucat mata mati
Sebelum kapal bergerak meninggalkan tumpah darah negeri penuh kenangan warna-warni keindahan dan kenelangsaan untuk menuju ke negeri leluhur
Oleh pkelicikan pengadilan yang takpenah adil
Kutitipkan pesan untuk kekasih hati lewat angin mati
Dan lautan pun berubah menjadi air mata”
“Ceritakan padaku :
Tentang laut yang tak pernah berhenti menyimpan misteri
Tentang kain batik dan pakaian pengantin hasil tenunan bunda dengan air mata
Tentang mama tercinta, wanita perkasa pejuang tangguh pembelajar handal guru yang bijak
Tentang masa silam dan kebahagiaan yang pernah kita reguk bersama
Tentang adik perempuan yang kuharap tak menyusahkan
Tentang hari-harimu sepeninggalku
Tentang perjumpaan kita yang entah di suatu hari nanti...”
Desir angin pun berhenti
Sepi!
Mati!
*) liris dari film Coach Carter
**) keutamaan satria Jawa: wisma = rumah, garwa = pasangan (istri), turangga = kendaraan, kukila = hiburan, klangenan, curiga = keris, keamanan, kewaspadaan, keperwiraan.
Terinspirasi oleh roman BUMI MANUSIA karya agung Pramoedya Ananta Toer.
Sinopsis:
Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke adalah seorang pribumi yang pandai, ia sangat pandai menulis. Tulisannya bisa membuat orang sampai terkagum-kagum dan dimuat di berbagai koran Belanda pada saat itu. Sebagai seorang pribumi, ia kurang disukai oleh siswa-siswi Eropa lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner. Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.
Selain Minke, tokoh lain seorang "Nyai" yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan. Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Tetapi, kesadaran Nyai Ontosoroh akan kondisinya, justru membuat dia berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia. Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya hanyalah dengan belajar.
Tokoh utama lain adalah Anneliesse, anak dari Nyai Ontosoroh dan Tuan Millema. Minke menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Annelies.
Melalui buku ini, Pram menggambarkan bagaimana keadaan pemerintahan kolonial Belanda pada saat itu secara hidup. Pram, menunjukkan betapa pentingnya belajar. Dengan belajar, dapat mengubah nasib. Nyai yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa HBS. Bahkan pengetahuan Nyai, yang diperoleh dari Tuan Mellema, buku-buku, juga dari pengalaman kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas dari guru-guru sekolah HBS.
Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan HUT perdana Rumpies The Club.
[caption caption="sumber: Rumpies "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H