Mohon tunggu...
Ranggamos
Ranggamos Mohon Tunggu... Lainnya - ****

believe me, sometimes reality is stranger—and much more frightening—than fiction

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Pendek yang Usang Tentang Cinta

1 Juli 2013   21:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:09 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Keparat, benar dugaanku! Thomas pasti akan mengajak Dewi bercinta kembali. Sial apa yang harus aku lakukan? Sejujurnya aku tidak menyukai perbuatan Thomas terhadap Dewi, terlalu menjijikan untuk disaksikan. Thomas selalu memaksa Dewi dan ia akan memakainya dimana saja, dengan bermacam gaya yang tidak aku mengerti… aku mual melihatnya. Dan orang bernama tuhan itu hanya menyaksikan mereka, tanpa emosi, tanpa afeksi, terlalu dingin.


Juan meletakan cangkir dan mulai membuka mulut, “kalau begitu aku akan membunuhnya, dirimu pula Thom…” Jantungku berdetak mendengar ancaman ini.


“Hahaha… kau pikir dengan misi mulia goblokmu itu dapat memperbaiki dunia? Seberapa keras kau berusaha, semua akan menjadi sia-sia Juan!” Thomas menertawai ancaman Juan


“Setidaknya melakukan sesuatu, sekecil apapun. Walaupun dampaknya tidak terlalu besar! Karena itulah perjuangan dielukan!”


“Gyah… aku akan tetap memakainya… terlalu sayang untuk melepaskan Dewi begitu saja!”

“Teruslah mengkhayal Thom… karena mulai hari ini kau hanya dapat membayangkan Dewi yang tengah kau tiduri!” Kalimat Juan begitu optimis.


Thomas menatap tajam kearah Juan. Bendera perang sudah dikibarkan, aku hanya dapat menanti siapa yang akan memenangi pertarungan ini. Aku tidak berpihak, aku sendiri tidak terlalu memikirkan Dewi, walau ada sesuatu yang bergembira karena aku akan melihatnya hari ini.


Lelaki bernama tuhan itu menatapku, apa sebenarnya yang tersembunyi dari balik jubah dan topeng itu? Jubah hitam pekat membungkus seluruh tubuhnya, begitu juga dengan kepalanya. Yang tidak berwarna hitam hanyalah topeng dengan bentuk aneh berwarna putih. Perlahan ia mendekatiku, lalu memberikan sebuah belati dari balik jubahnya. Kemudian ia pergi, meninggalkan kami, meninggalkan kebisuan ini. Sekejab saja menghilang tanpa sepatah kata ataupun pesan.


Thomas dan Juan seperti tengah berancang-ancang, mereka sigap. Ini adalah pertarungan hidup dan mati, dan aku bodoh bila ikut campur dalam konflik mereka, karena itu aku memilih menjadi penonton. Aku masih menggenggam belati pemberian lelaki bernama tuhan, apa maksudnya? Apakah ia menginginkan aku ikut bergabung dalam pertarungan berdarah ini? Bila benar, siapa yang harus aku bunuh? Dan kapan aku harus membunuh? Bila aku harus membunuh Thomas, bagaimana jika Juan yang terlebih dahulu membunuhnya? Juga sebaliknya?


Aku berpikir cukup keras, ini merupakan pilihan yang tidak mudah! Apakah aku harus membunuh keduanya. Jika Thomas menang ia akan meniduri Dewi, maka aku harus membunuh Thomas. Tetapi jika Juan yang menang maka ia akan membunuh Dewi, karena itu aku harus membunuh Juan. Keduanya tidak menguntungkanku jika salah satu dari mereka menang, karena itu aku memiliki alasan untuk membunuh keduanya. Benar! Ini adalah keputusan yang benar. Karena sesungguhnya aku masih mencintai Dewi, walau ia telah menyakitiku.


Ketika waktunya tiba, pertarungan dimulai seiring bunyi bel rumah. Aku tahu siapa yang datang. Thomas berlari menuju pintu utama, Juan mengejar dan menjegal kakinya. Aku perlahan mengikuti dan mengawasi jalannya pergulatan. Mereka saling baku-hantam, suara-suara pukulan terdengar menggema di ruang tamu. Beberapa perabot berjatuhan, bahkan pajangan patung dewa Wisnu kesukaan Mama, hancur berantakan. Aku hanya berjingkat perlahan dan bersiap dengan belatiku untuk mencabik pemenang pertempuran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun