Mohon tunggu...
Ranggamos
Ranggamos Mohon Tunggu... Lainnya - ****

believe me, sometimes reality is stranger—and much more frightening—than fiction

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Pendek yang Usang Tentang Cinta

1 Juli 2013   21:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:09 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Mengapa tidak dibunuh saja? Gila! Aku bukanlah psikopat macam Juan yang begitu mudah membunuh seseorang dengan kejam. Manusia adalah makhluk yang harus dihargai dan tidak memiliki hak untuk menghilangkan napas kehidupan yang lain. Aku bukanlah seseorang yang memaklumi hal-hal keji demi keinginan dan kesenanganku.


Apakah lelaki seperti itu pantas disebut manusia? Lelaki yang tidak menghargai wanita? Tentu mudah membunuhnya, dengan menggunakan fantasi Juan. Aku yang menciptakan Juan, tentulah aku yang menciptakan segala persepsinya. Dengan kata lain aku sendiri yang membentuk Juan dalam diriku.


Dan sekarang yang ada hanyalah rencana pembunuhan, bukan lagi perjuangan untuk berkarya? Tentu berkarya! Hidup itu sendiri adalah karya-kan? Menjalankan, membangun, dan mencipta. Sekilas kita seperti tuhan atas pemikiran kita sendiri. Tetapi rasanya seperti mengagungkan diri sendiri? Ya tentu saja, manifestasi akal menjadikan manusia tuhan atas dirinya!

Usai perdebatan tadi, puing-puing mimpi menyergap mataku, ia memohon agar aku mengistirahatkan tubuh yang kian kuyu. Dan begitulah aku tertidur…


Namun itu tidak lama. Kepalaku terasa begitu berat, aku hanya tertidur sekitar 2 jam. Sekarang hampir jam 7 pagi. Kepalaku agak pusing dan ingin sekali merebahkannya diatas pembaringan.


Cahaya matahari memenuhi ruangan, seseorang yang menyebut dirinya tuhan membuka tirai dan jendela, membiarkan hawa pagi menyergap kulitku, rasanya lembab. Ketika aku berpaling ternyata Thomas tengah duduk menghadap piano, ia membisu membelakangiku. Aku tak yakin tetapi matanya pasti tengah berkobar disana, ia pasti mengajak bercinta. Lalu Juan tengah menyeruput teh dari cangkir, asapnya mengepul. Aku hanya bisa menghela napas.


Thomas bangkit dan memulai pembincangan, “So, there’s another player here!”


Aku tidak ingin menjawab pertanyaannya, aku tahu orang yang ia maksud pasti Juan.

“Maka bekenalanlah!” Orang bernama tuhan itu menanggapi.


Juan tidak mengubris, aku dapat melihat kebencian dari pancaran matanya ketika sekilas menatap Thomas. Aku seolah merasakan nafsu membunuh! Ini mengerikan, sejujurnya aku tidak ingin terlibat, namun aku harus mengakui aku tak dapat menghindar.


“Dewi akan datang hari ini, aku sudah meneleponnya!” Aku melihat senyum itu lagi di bibirnya, senyum jahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun