"Tepat sekali. Betul CEO itu adalah seorang pengusaha. Nah, Oliv nanti mau jadi seorang pengusaha, ibu do'a kan Oliv ya...", aku menjelaskan sambil mengunyah makanan.
"Mana ada sih liv...orang tua yang tidak mendo'akan anaknya, ibu itu mendo'akan kamu selalu apalagi kamu anak satu-satunya ayah sama ibu", ujar ibu dengan kedua tangannya yang diletakkan di atas meja makan dan menatap diriku yang sedang makan juga, aku duduk tepat di depan ibu ku.
Ku ambil kunci motor melangkahkan kaki, membuka pintu dan ku kendarai sepeda motor pemberian ayah.
Tepat pukul 08.00 aku tiba di depan kampus, secara tidak sengaja aku bertemu teman-teman di garasi kampus.
"Hai! Liv, tumben jam segini kamu udah nyampe", ucap serna dengan senyuman dan menatap mata Widi.
"Iya loh liv, tumben banget, kamu ga lagi kesambet kan?", imbuh Widi dengan pertanyaannya yang membagongkan.
"Napa sih kalian, lagian aku habis kemana kesambet tuh?? orang aku dari rumah ya gak lah! Udah deh, yang ada kalian yang kesambet. Udah yuk buruan masuk kelas", ajak aku dengan menggandeng tangan mereka berdua.
Kami bertiga berjalan melewati lobi kampus, dipertigaan lobi terlihat dari jauh pak dosen yang super killer itu melangkahkan kakinya.
"Tak...tak...tak...tak...", suara sepatu pak Agus (dosen super killer di kampus).
"Woy...woy...stop", langkah kaki kami pun terhenti, Widi menepuk bahu aku dan serna.
"Coba deh dengerin suaranya" ucap Widi.