"Saya Wage Rudolf Soepratman. Izinkan saya membawakan lagu yang saya tulis sebelum rapat ini ditutup?!"
Soegondo membaca isi lagu yang diserahkan oleh Wage Rudolf Soepratman. Sebuah lagu berjudul "Indonesia Raya". Memahami situasi dan kondisi, Soegondo berucap pada Wage Rudolf Soepratman...
"Saya izinkan lagu ini dikumandangkan olehmu dengan biolamu namun tanpa syair mengingat situasi dan konsisi di sini yang dalam pengawasan polisi Kolonial!"
Pemuda itu mengangguk dan kemudian memperdengarkan untuk pertama kalinya tanpa syair lagu berjudul "Indonesia Raya" yang pada akhir lagu disambut dengan tepuk tangan yang begitu meriah dari peserta Kongres. Soegondo pun tersenyum... dan semua yang hadir dalam kongres itu pun tersenyum. Kongres yang akhirnya ditutup dengan senyuman dan putusan yang merupakan cikal bakal dari Satu Indonesia, satu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
***
Usai Kongres Pemuda ke-2, para pelajar dan pemuda yang bersekolah pun telah banyak yang lulus. Satu demi satu meninggalkan rumah kost itu. Dan akhirnya sejak tahun 1934, Sie Kong Liang beberapa kali mengontrakkan rumah itu. Hingga pada tahun 1951, bangunan rumah itu dikuasai oleh Inspektorat Bea dan Cukai. Stad Batavia telah berubah nama menjadi Jakarta. Akhirnya atas permohonan dari seorang tokoh Kongres Pemuda, Mr. Sunario, rumah Sie Kong Liang itu pun dipugar dan diresmikan sebagai Museum Sumpah Pemuda oleh Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
***
"Kejayaan dan Kebesaran kita bukan karena kita tak pernah jatuh,
melainkan dari setiap kebangkitan saat kita jatuh."
(Confucius)
~000OOO000~