***
Sambil ngopi plus pun pembicaraan bisa berlanjut ke arah asmara dan wanita yang disukai atau ditaksir. Dan kelelahan serta rasa kantuk lah yang akhirnya membubarkan mereka untuk masuk ke kamar masing-masing.
***
Diskusi dan latihan seni bisa menghilang manakala waktu ujian tiba, masing-masing mengurung diri dalam kamarnya untuk belajar. Barulah pada tengah malam , beberapa keluar dari kamar untuk melepas suntuk. Seperti malam itu ketika Amir Sjarifudin keluar dari kamarnya dengan membawa Biolanya. Sambil duduk santai, ia pun menggesek Biolanya memainkan gubahan Schubert ataupun Sonata yang sentimentil. Lantunan biola yang memancing Abu Hanifah keluar dari kamarnya dan bergabung dengan biolanya pula. Memainkan lagu yang sama seperti yang tadi dilantunkan oleh Amir Sjarifudin.
"Lebih bagus gesekanku kan hehehe?" celetuk Abu Hanifah.
"Masih terdengar ada sedikit sumbang, jelas lebih melantun tanpa sumbang gesekanku!" Amir Sjarifudin tak mau kalah.
"Owh... begitukah coba kita lantunkan bersama!"
Keduanya mengangguk. Dan...
"Heeeiii tak bisakah kalian untuk tidak berisik tengah malam begini!" M. Yamin membuka jendela sambil berteriak ke arah mereka berdua.
"Hahaha... turunlah lupakan sejenak kepusingan itu!" Amir Sjarifudin melambaikan tangannya pada M. Yamin.
"Dasar kalian berdua tak tahu kalau orang sedang pusing!" Yamin memberi tanda agar mereka tak berisik untuk kedua kalinya.