Selain dari komunitas Katolik, Gereja Katedral Jakarta juga menerima bantuan dana dari pemerintah. Pemerintah pusat maupun daerah kadang-kadang memberikan dana melalui program-program pelestarian warisan budaya nasional.Â
Contoh nyata dari dukungan ini adalah bantuan yang diberikan oleh Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk membantu renovasi dan pemeliharaan bangunan.Â
Sebagai bagian dari cagar budaya nasional, gereja ini masuk dalam daftar prioritas bangunan yang harus dipelihara, dan pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa bangunan ini tetap lestari.
Di samping itu, Gereja Katedral Jakarta juga mendapatkan dukungan dari donatur swasta. Banyak individu maupun perusahaan yang peduli terhadap pelestarian warisan budaya turut memberikan sumbangan dalam proyek-proyek renovasi gereja ini.Â
Keterlibatan sektor swasta ini sangat penting, terutama ketika gereja memerlukan dana besar untuk proyek pemugaran besar, seperti perbaikan struktur bangunan atau pemeliharaan jendela kaca patri yang rumit.
Pemasukan dan Pengelolaan Keuangan Gereja Katedral
Pengelolaan keuangan Gereja Katedral Jakarta dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa semua dana yang diterima digunakan secara optimal dalam mendukung fungsi gereja sebagai tempat ibadah dan pelestarian bangunan bersejarah. Salah satu sumber utama pemasukan gereja berasal dari kolekte mingguan, di mana setiap kali ibadah diadakan, umat Katolik memberikan sumbangan derma.Â
Besarnya dana yang dihimpun dari kolekte mingguan bisa mencapai sekitar Rp 7 juta hingga Rp 10 juta per ibadah, dan dalam seminggu, gereja dapat mengumpulkan hingga Rp 59,5 juta.
Dana yang dikumpulkan dari kolekte ini dialokasikan untuk berbagai keperluan. Sebanyak 5% dari kolekte diperuntukkan bagi pembinaan generasi muda, 25% untuk Seksi Sosial Paroki (SSP) atau Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE), 40% untuk Dana Solidaritas Pastoral (DSP) yang dikirim ke Keuskupan, dan sisanya sebesar 30% digunakan untuk biaya operasional gereja dan pemeliharaan bangunan.
Selain kolekte mingguan, gereja juga menerima sumbangan dari berbagai sumber lainnya, termasuk dari jemaat yang memberikan sumbangan khusus untuk proyek-proyek tertentu, seperti renovasi atau pemeliharaan fasilitas gereja.
 Keuskupan Agung Jakarta juga mengelola program penggalangan dana yang lebih besar, yang melibatkan partisipasi masyarakat luas serta sponsor dari sektor swasta.