Mohon tunggu...
ALDEN CHRISLI TIAN SITI
ALDEN CHRISLI TIAN SITI Mohon Tunggu... Arsitek - Mahasiswa

Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gereja Katedral Jakarta: Sejarah, Arsitektur, dan Konversasi Warisan Budaya

15 Oktober 2024   17:09 Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1829, bangunan gereja yang kita kenal saat ini mulai dibangun dengan nama resmi De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming atau "Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga". 

Bangunan ini menjadi pusat keagamaan yang penting bagi umat Katolik di Batavia (Jakarta), meskipun terus mengalami perbaikan dan renovasi untuk menjaga fungsinya sebagai tempat ibadah.

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah gereja ini adalah runtuhnya atap gereja pada tahun 1890, yang memaksa para jemaat untuk sementara waktu beribadah di kandang kereta kuda Uskup yang terletak di belakang pastoran.

 Pembangunan kembali gereja dimulai pada tahun 1891 dengan rancangan arsitek Antonius Dijkmans yang mengadopsi gaya arsitektur Neo-Gothik. 

Meskipun proses pembangunan sempat terhenti karena keterbatasan dana, akhirnya pada 21 April 1901, Gereja Katedral Jakarta diresmikan oleh Vikaris Apostolik Batavia, Monsignor Edmundus Sybrandus Luypen, SJ, dengan misa pontifikal pertama yang dipimpin oleh paduan suara Santa Cecilia, yang sampai sekarang masih ada.

Keindahan Arsitektur Neo-Gothik Gereja Katedral

Arsitektur Gereja Katedral Jakarta mencerminkan gaya Neo-Gothik, sebuah gaya arsitektur yang populer di Eropa pada abad ke-19. Gaya ini dikenal dengan menekankan elemen vertikalitas, ketinggian, dan ornamen-ornamen yang kaya. 

Gereja Katedral Jakarta, dengan tiga menara tingginya---Menara Angelus Dei, Menara Benteng Daud, dan Menara Gading---menjadi salah satu contoh terbaik dari arsitektur ini di Indonesia. Menara-menara ini dirancang menjulang ke langit, menciptakan ilusi keagungan dan mengundang umat untuk merasakan keterhubungan spiritual dengan Sang Pencipta.

Salah satu ciri khas arsitektur Neo-Gothik adalah penggunaan lengkungan tajam (pointed arch), yang dapat ditemukan pada pintu dan jendela gereja. Jendela kaca patri dengan motif floral memperkuat kesan spiritual dan keindahan estetika bangunan ini. 

Cahaya alami yang menembus jendela kaca patri besar memberikan suasana sakral dan damai di dalam gereja, memperkuat pengalaman keagamaan bagi para jemaat.

Salah satu elemen arsitektur yang paling menonjol di Katedral Jakarta adalah Rozeta Rosa Mystica, sebuah jendela kaca patri bundar yang terletak di tengah antara dua menara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun