Dan terjadilah keesokan paginya, walau masih terasa penggar di kepala, mereka berburu bersama dengan membawa busur dan anak panah masing2. Mereka masih berbicara asyik seperti teman berburu yang saling membutuhkan.
Pagi itu mereka berniat bisa mendapatkan buruan rusa besar, karena Benjamin mesti menghadiri undangan sang anak yang hendak membaptis cucu pertamanya yang belum pernah dia lihat langsung, walau dia ragu dan gelisah.
Lalu mereka berpisah untuk mencari buruannya, dan mereka berkomunikasi dengan handy talkie di gelombang yang sudah ditentukan. Menyusuri hutan dan rerumputan tinggi serta sungai deras.
Beberapa topik yang sempat diangkat di bungalow pada malam hari itu ditindaklanjuti lagi terkait perang Serbia - Bosnia.
Nampak sekali si mantan Kolonel enggan berkisah tentang masa lalunya. Tapi prajurit selalu berusaha memancingnya ke arah belakang sana. Kolonel hanya memberi jawaban2 simbolis yang bermakna reflektif supaya manusia siapapun bangsa tidak terjebak pada konflik dan kekerasan yang kejam dan sia-sia.
Kolonel Benjamin berkisah bagaimana ayahnya suka dengan mata elang sebagai pemburu yang hebat. Pemburu sejati tak akan melepaskan buruannya itu. Namun selalu diingatkan untuk berlaku pantas pada calon buruannya.
Demikian, Covak terus berusaha memancing Benjamin yang sebenarnya sudah menjadi target buruannya. Intensinya datang ke Amerika adalah mencari sosok yang dianggapnya telah membuatnya menderita. File dokumen yang didapatkannya menunjukkan seorang kolonel dari pasukan NATO.
"Mengapa kau tinggal seorang diri di rumah tengah hutan, di mana isteri dan anakmu?"
Ben rupanya hidup menyendiri bukan hanya karena trauma perang yang membuatnya mencari ketenangan batin dan pikiran di hutan.Juga dia menanggung derita malu karena terlalu lama meninggalkan sang isteri dan anak masih kecil. Saat dia balik, isterinya sudah bersama dengan pria lain, yang ternyata adalah temannya sendiri yang menjadi saksi pernikahannya sendiri. Dan anaknya lebih mengenal temannya itu sebagai ayah daripada Benjamin sendiri.
Covak terus memancing si Benjamin untuk berkisah lebih banyak, untuk menguak pengalaman bersalah di masa lalu. Karena Kovak tahu dan yakin bahwa Benjamin ini bertanggungjawab atas kematian teman-temannya, termasuk semua kematian yang menimpa keluarga dan kampungnya di masa perang berkecamuk, dan tentu saja derita kelumpuhannya bertahun-tahun.
Benjamin belum tahu apa motif tamunya ini, dan dia pun berkisah lagi tentang seorang pastor yang datang mengaku dosa kepada teman pastor tua.