Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film

Pengakuan Sang Komandan Pasukan Perang: Tatapan Mata Korban, Penyesalan dan Wujud Pertobatan Sejati

14 Desember 2022   20:22 Diperbarui: 16 Desember 2022   22:44 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan terjadilah keesokan paginya, walau masih terasa penggar di kepala, mereka berburu bersama dengan membawa busur dan anak panah masing2. Mereka masih berbicara asyik seperti teman berburu yang saling membutuhkan.

Pagi itu mereka berniat bisa mendapatkan buruan rusa besar, karena Benjamin mesti menghadiri undangan sang anak yang hendak membaptis cucu pertamanya yang belum pernah dia lihat langsung, walau dia ragu dan gelisah.

Lalu mereka berpisah untuk mencari buruannya, dan mereka berkomunikasi dengan handy talkie di gelombang yang sudah ditentukan. Menyusuri hutan dan rerumputan tinggi serta sungai deras.

Beberapa topik yang sempat diangkat di bungalow pada malam hari itu ditindaklanjuti lagi terkait perang Serbia - Bosnia.

Nampak sekali si mantan Kolonel enggan berkisah tentang masa lalunya. Tapi prajurit selalu berusaha memancingnya ke arah belakang sana. Kolonel hanya memberi jawaban2 simbolis yang bermakna reflektif supaya manusia siapapun bangsa tidak terjebak pada konflik dan kekerasan yang kejam dan sia-sia.

Kolonel Benjamin berkisah bagaimana ayahnya suka dengan mata elang sebagai pemburu yang hebat. Pemburu sejati tak akan melepaskan buruannya itu. Namun selalu diingatkan untuk berlaku pantas pada calon buruannya.

Demikian, Covak terus berusaha memancing Benjamin yang sebenarnya sudah menjadi target buruannya. Intensinya datang ke Amerika adalah mencari sosok yang dianggapnya telah membuatnya menderita. File dokumen yang didapatkannya menunjukkan seorang kolonel dari pasukan NATO.

"Mengapa kau tinggal seorang diri di rumah tengah hutan, di mana isteri dan anakmu?"

Sumber: Page FB Millionaries Stories
Sumber: Page FB Millionaries Stories
Ben rupanya hidup menyendiri bukan hanya karena trauma perang yang membuatnya mencari ketenangan batin dan pikiran di hutan.Juga dia menanggung derita malu karena terlalu lama meninggalkan sang isteri dan anak masih kecil. Saat dia balik, isterinya sudah bersama dengan pria lain, yang ternyata adalah temannya sendiri yang menjadi saksi pernikahannya sendiri. Dan anaknya lebih mengenal temannya itu sebagai ayah daripada Benjamin sendiri.

Covak terus memancing si Benjamin untuk berkisah lebih banyak, untuk menguak pengalaman bersalah di masa lalu. Karena Kovak tahu dan yakin bahwa Benjamin ini bertanggungjawab atas kematian teman-temannya, termasuk semua kematian yang menimpa keluarga dan kampungnya di masa perang berkecamuk, dan tentu saja derita kelumpuhannya bertahun-tahun.

Benjamin belum tahu apa motif tamunya ini, dan dia pun berkisah lagi tentang seorang pastor yang datang mengaku dosa kepada teman pastor tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun