Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film

Pengakuan Sang Komandan Pasukan Perang: Tatapan Mata Korban, Penyesalan dan Wujud Pertobatan Sejati

14 Desember 2022   20:22 Diperbarui: 16 Desember 2022   22:44 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: page FB Poets

"Bapa ampuni saya karna saya telah berdosa. Dalam suatu perang yang dilancarkan Nazi, saya menampung seorang gadis di sebuah rumah."

"Baguslah anakku engkau bisa berbuat baik bagi yang membutuhkan."

"Tapi masalahnya gadis itu kemudian menyukaiku dan terus hidup bersamaku, bapa."

"Ya, anakku, perang membuat kita berdosa, jangan takut anakku, engkau sudah diampuni."

"Terimakasih bapa, saya merasa beban berat itu hilang sekarang. Tapi ada satu pertanyaanku,"...

Namun percakapan melalui alat pemancar itu terhenti karena tiba2 anak panah melesat hampir mengenai Benjamin, dan menempel ketat di batang pohon pinus yang keras.

Benjamin terjatuh dari pohon tempat pengintaiannya. Dan tersadar bahwa Kovak ternyata memang mengincarnya.

Dalam keadaan pincang menahan sakit kaki kiri, terseok dia berjalan sambil berlari kecil, untuk menyingkir dari jangkauan anak panah si Covak yang tak sabar lagi untuk menyiksa dan mendapatkan pengakuan langsung dari si komandan perang itu.

"Hai Covak, aku sudah berdamai berdamai dengan dosaku di masa lampau, perang sudah berakhir. Apa maumu?"

"Perang tak akan pernah berakhir, Ben." Dia mau menegaskan bahwa ide perang itu selalu ada dan akan datang dari pikiran manusia, juga kepada siapa saja yang percaya pada Tuhan Pencipta dan ciptaan, pemburu dan buruan, tergantung posisi masing-masing.

Lalu Ben makin terjepit ke pinggir sungai, dan Covak berhasil melesatkan anak panah mengenai kaki Ben, yang membuatnya jatuh dan mengalir melalui sungai itu menjauh dari kejaran Covak yang makin bersemangat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun