Berkali-kali telpon genggammu aku hubungi tidak bisa. Tidak biasanya kamu seperti ini, rasa gundah menyelimuti hatiku. Apa yang terjadi denganmu Evan. Apa kau sengaja menghindar dari aku.
Tanpa tujuan aku terus mengendarai mobilku, hingga memasuki batas kota. Sejenak aku singgah di tempat biasanya kita makan, dan memadu cinta.
" Sendirian Om?" sapa pelayan yang sudah mengenalku karena seringnya aku datang kesana bersamamu.
"Iya, Evan baru pergi. Entah keluar kota" jawabku sekenanya.
"Wah... Kemarin Mas Evan mampir sini kok, Om."
Hatiku, terasa deg! Â Evan yang katanya dua hari sudah melatih senam keluar kota singgah disini.
" Sama siapa Mas Evan ke sini?"
"Bersama seorang laki-laki dengan mengendarai mobil Doubel Cabin warna putih, hanya sebentar saja sepertinya Om, mereka sepertinya terburu-buru." jelas pelayan itu lebih lanjut.
Aku langsung berpikir keras, mengingat-ingat siapa pemilik mobil double cabin warna putih itu. Oh ya.... Bens! Iya  Bens . Dia yang selama ini sering memperhatikan bila aku dan Evan terlihat mesra di tempat gym. Lelaki pengusaha yang sudah berumur setengah baya, dengan kumisnya yang tebal dan cincin akiknya yang sekepal kelereng besar, bertatahkan berlian di pinggirnya.
Bens, lelaki flamboyant itu banyak diminati wanita-wanita cantik yang butuh duitnya, dan juga kemesraannya. Ben mungkin sudah bosan hidup di kelilingi perempuan, sehingga sering tampak iri bila melihat kemesran antara aku dan Evan.
Mungkin dia mengincar Evanku. Lelaki yang bisa berpenampilan layaknya lelaki metropolis karena semua biaya dariku. Evan memang menjadi sangat gagah, macho dan juga berwajah bersih, layaknya pemain sinetron kejar tayang.