Minggu, 2 April 1989.
Aku katakan pada Om Dani bahwa aku tak ingin terikat padanya terus menerus. Tapi ternyata dia sudah bener-bener mabuk kepayang dengaku, bahkan dia mengatakan mau menikahiku, bahkan kalau aku inginkan bersedia  untuk menceraikan istrinya  dan hidup bersamaku.
Huuuuh..dasar laki-laki. Macam apa seperti itu..! Seenaknya sendiri tinggalkan anak istri demi perempuan lacur sepertiku. Kalau aku menerima ajakannya, kelak dia akan belaku sama denganku bila ketemu wanita yang lebih cantik dan menarik dariku…! Laki-laki biadab..!
Aku muak dengan laki-laki seperti itu, tapi aku telah banyak berhutang materi dengannya…tapi bukan berhutang budi, karena aku dan dia sama-sama bukan manusia berbudi.
Rabu, 5 April 1989.
Rayuan-rayuan Om Dani semakin membuatku muak..! sehingga aku sering marah-marah gak karuan padanya..! Aku harus menjauhinya sedikit demi sedikit, karena aku tahu bahwa istrinya adalah seorang istri yang baik tidak pantas aku menyakiti hatinya…
Kamis, 13 April 1989.
Seminggu sudah aku tinggalkan kontrakanku, aku katakan pada orang-orang bahwa aku pulang kampung, padahal aku hanya ingin menghindari Om Dani, aku tidur di rumah Rini teman baikku. Seminggu di rumah Rini aku jadi berpikir tentang kehidupanku sekarang, aku jadi ingat dengan orangtuaku di kampung halaman.  Aaah..bisakah aku mininggalkan pekerjaanku selama ini sebagai ‘ayam kampus’ dan menjadi mahasiswi baik-baik…?
Minggu, 16 April 1989.
Hari ini aku kembali ke rumah kontrakan..! Inah , pembatu di rumah ini mengatakan kalau Om Dani bolak-balik mencariku. Teman-teman yang lain siih cuek-cuek saja..tak peduli  keberadaanku, karena kita memang sudah saling tak peduli dengan orang lain, paling seyum bila kebetulan bertatap muka , begitu saja..! Semua sibuk dengan urusan masing-masing..!.
Senin, 17 April 1989.