Om Dani dan om-om yang lain memang benar-benar telah merusak nalarku. Ibu bertanya, kenapa aku ada yang aneh, apa semua ibu akan merasakan yang sedang dijalani anaknya ya..?
Aku harus pandai menyembunyikan perilakuku selama ini di hadapan bapak ibuku.
Kamis, 9 Pebruari 1989.
Tadi bapak Tanya, kapan aku lulus? Jadi kapan yaaa…entahlaah !
Kata bapak usaha toko  keluarga sudah diambang kebrangkutan. Barang-barang di toko semakin menyusut. Dan Bapak ibu tak pernah menceritakan hal ini padaku sebelumnya. Uang kiriman untukku biasa saja, tak pernah terlambat dan berkurang.  Walaupun jumlahnya di bawah jumlah kebutuhanku sekarang, tapi uang dari om-om..itu lebih dari cukup kok.
Senin, 13 Pebruari 1989.
Aku harus segera balik ke Semarang  dengan berbohong pada bapak ibu bahwa liburan telah usai.
Selasa, 14 Pebruari 1989.
Om Dani segera datang setelah aku telpon, dia makin kelihatan semakin muda dalam melepaskan kerinduannya padaku.
Kamis, 16 Pebruari 1989.
Aku harus lebih waspada, aku mulai memikirkan masa depan. Apa aku akan seperti ini terus. Aku tidak ingin menggangu ketentraman keluarga Om Dani, aku harus bisa melepaskan diri darinya sedikit demi sedikit.