Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Strategi Orangtua Mengenali dan Mengatasi Kesedihan Anak

28 November 2022   06:51 Diperbarui: 2 Desember 2022   22:59 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sedang bersedih. Bagaimana orangtua mengenali dan mengatasi kesedihan anak | Foto by shutterstock

Jadi jangan aneh ketika anak-anak sedih, menangis, tiba-tiba dia tertawa dan tertarik dengan mainan baru atau pergi bersama temannya untuk bermain.

Ilustrasi anak menyaksikan ibunya bersedih. Foto by shutterstock
Ilustrasi anak menyaksikan ibunya bersedih. Foto by shutterstock

Elene Lister berpendapat, anak yang tidak mampu menceritakan kesedihan kepada orangtua ada beberapa alasan:

Anak berpikir dia sebagai penyebab dari kejadian

Saya ambil contoh ketika ibu saya meninggal setelah beberapa hari kami berkunjung.

 Ada percakapan saya dengan salah satu tetangga yang mengatakan ibu saya sakit setelah saya mudik.

"Coba kalau Teteh tidak pulang, Ibu gak akan sakit dan meninggal!"

Anak jika mendengar percakapan itu akan membenarkan ungkapan tetangga ibu saya. Kami menjadi penyebabnya semua yang terjadi pada ibu saya. 

Atau mungkin ketika anak rebutan mainan dengan temannya dan akhirnya mainaan itu rusak. Anak diam tidak menceritakan rusaknya maianan tersebut, karena ada perasaan takut dia penyebabnya.

Ada lagi kisah, salah satu tetangga saya yang bapaknya meninggal karena sakit. Saya mendengar desas-desus tetangga ketika pulang taziah, kalau bapak itu meninggal karena mikir anaknya yang nakal.

Omongan negatif tersebut jika sampai ke telinga anak akan memengaruhi mental anak. Sekalipun anak itu nakal akan ada pertanyaan, "Benarkah penyebab meninggalnya bapak karena saya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun