Jadi jangan aneh ketika anak-anak sedih, menangis, tiba-tiba dia tertawa dan tertarik dengan mainan baru atau pergi bersama temannya untuk bermain.
Elene Lister berpendapat, anak yang tidak mampu menceritakan kesedihan kepada orangtua ada beberapa alasan:
Anak berpikir dia sebagai penyebab dari kejadian
Saya ambil contoh ketika ibu saya meninggal setelah beberapa hari kami berkunjung.
 Ada percakapan saya dengan salah satu tetangga yang mengatakan ibu saya sakit setelah saya mudik.
"Coba kalau Teteh tidak pulang, Ibu gak akan sakit dan meninggal!"
Anak jika mendengar percakapan itu akan membenarkan ungkapan tetangga ibu saya. Kami menjadi penyebabnya semua yang terjadi pada ibu saya.Â
Atau mungkin ketika anak rebutan mainan dengan temannya dan akhirnya mainaan itu rusak. Anak diam tidak menceritakan rusaknya maianan tersebut, karena ada perasaan takut dia penyebabnya.
Ada lagi kisah, salah satu tetangga saya yang bapaknya meninggal karena sakit. Saya mendengar desas-desus tetangga ketika pulang taziah, kalau bapak itu meninggal karena mikir anaknya yang nakal.
Omongan negatif tersebut jika sampai ke telinga anak akan memengaruhi mental anak. Sekalipun anak itu nakal akan ada pertanyaan, "Benarkah penyebab meninggalnya bapak karena saya?"