Bagaimana Mengenali dan Mengatasi Kesedihan Anak?
Suatu hari saya bertanya pada ibu dari anak yang bapaknya meninggal. "Pernah lihat anak menangis dengan kepergian bapaknya?"
"Tidak, dia sudah biasa kali ya, karena waktu sakit kan sering ditinggal opname di RS, jadi tidak ada kedekatan," jawabnya.
Saya yakin anak itu sedih dan ingin menangis. Akan tetapi mereka kurang akrab mengatakan kesedihan, misalnya, "Saya bersedih dengan kepergian bapak" atau "Saya bersedih kehilangan mainan ini" atau mungkin "Saya sedih kehilangan ibu".
Untuk itu, walaupun orangtua sedih, tetaplah harus memperhatikan emosi anak. Jangan abaikan persaannya. Bantulah dia untuk mengungkapkan emosinya, menangis, menjerit, setelah itu ajaklah anak berbicara. Dengan komunikasi, orangtua dapat mengenali kesedihan anak, sehingga mampu mempererat hubungan batin anak dan orangtua.Â
Dalam pendekatan, orangtua bisa membahas tentang makna kehilangan. Makna kehilangan itu akan meningkatkan ketangguhan emosi pada orang yang ditinggalkan paling utama meningkatkan keimanan hamba-Nya. Itu semua bisa disampaikan pada anak. Jadi dengan memahami makna kehilangan, anak tidak akan bahagia dengan terpaksa.
Menurut saya anak bermain, berkumpul dengan temannya, menyibukkan diri di luar rumah itu bentuk melarikan diri dari kedukaan.
Ketika kembali ke rumah dia akan berduka, selanjutnya tidak bisa ditentukan kapan dia akan menerima kenyataan dengan ikhlas.
Semoga bermanfaat, salam dan terima kasih telah singgah.
Terinspirasi dari psychologytoday
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H