Meski kehamilan pertama, ia tidak rewel, doyan makin segalanya. Aku merasakan mual dan muntah sekali pada trimester awal. Saat itu, yang aku rasakan adalah nafsu makan berkurang, badan mudah lelah dan rasa kantuk yang tidak dapat dibendung lagi.
Cara yang kulakukan agar kondisi fisik tetap fit ialah olahraga ringan, konsumsi makanan sehat, menambah nutrisi dari Folamil Genio dan susu serta mengurangi aktivitas fisik yang cukup berat.Â
Di rumah, aku selalu dibantu oleh suamiku. Aku mengagumi sosoknya yang cekatan dan cepat tanggap dalam segala hal, salah satunya dalam hal pekerjaan rumah tangga.
Secara harfiah, seorang manusia membutuhkan komunikasi untuk keberlangsungan hidup. Walau masih didalam rahim, ia aktif untuk meminta kasih sayang dari orang tuanya dengan gerakan pelan pada waktu -- waktu tertentu. Setiap ayahnya akan berangkat kerja, ia senang diajak komunikasi secara haptic melalui belaian dan pelukan.Â
Mulai dari usia 6 minggu, ia selalu kuberi sugesti berupa kalimat persuasif serta orientasi pada agama. Bagiku, pendidikan anak sejak dini, dimulai dari dalam kandungan. Tumbuhkan ikatan batin yang kuat antara orang tua dan anak.
Kulihat almanak yang tergantung di tembok dinding ruang tamu. Saat ini ia telah memasuki minggu ke-13, tetapi perutku belum terlihat membuncit. Kucari beberapa referensi dari buku dan pengalaman ibu-ibu yang telah menjalani masa kehamilan.Â
Mereka menyatakan bahwa untuk kehamilan pertama, perut akan terlihat membesar pada usia kandungan 17 minggu, ditambah lagi dengan postur tubuhku yang kurus.Â
Untuk mengobati rasa penasaran yang semakin bergejolak, segera aku mengambil second opinion ke dokter kandungan lain. Informasi yang aku dapat sama dengan dokter sebelumnya. Seperti ngarai yang sudah tidak tersumbat aliran airnya, pikiran mengalir lagi dengan tenang.
Pada minggu ke-14 tepatnya pukul 12:00, tiba-tiba aliran darah merah keluar dengan sangat cepat. Sebagai orang tua, kami tetap merasakan kepanikan yang bergejolak didalam dada, namun kami tetap berpikir positif.Â
Bergegas kendaraan MPV meluncur ke rumah sakit. Aku tetap berusaha menenangkan kondisi suami yang tengah dilanda kegelisahan. Lagi lagi, kami masih dalam lindungan Allah, karena dokter memberikan informasi bahwa bayinya dalam kondisi baik, tetapi diberikan obat penguat kandungan. Kekhawatiran itu terlepas lagi keluar dan hilang terbawa malam.
Dua minggu kemudian, darah merah datang kembali kepada kami dengan jumlah lebih sedikit tetap frekuensinya sering. Entah segala rasa menjadi satu, khawatir, sedih, panik dan larut dalam keadaan. Suamiku sedang diluar kota, segera aku menghubunginya.