Lampu operasi dinyalakan, dokter kandungan datang. Meski dalam kondisi dibius, aku merasakan alat medis itu masuk dalam rahimku. Bayangan aktivitas yang mereka lakukan terlihat dari pantulan cahaya lampu diatasku.
Dua puluh menit kemudian, dokter kandungan itu menyatakan operasi telah selesai dilaksanakan. Beberapa jaringan yang berhasil dikeluarkan dari dalam rahim dibawa untuk dilakukan pengecekan di laboratorium.Â
Keluar dari ruang operasi, sekujur tubuh dingin hingga menggigil, gemertak gigi saling berbeturan menahan dingin dan setengah badan yang mati rasa. Perawat menyelimutiku dan mengatakan bahwa kondisi dingin tersebut adalah efek obat bius.
Ruang transit ini untuk pemulihan dari efek obat bius. Mulai dari jam 12 malam hingga adzan subuh menjelang, kurenungi betapa banyak dosa yang telah kuperbuat kepada orang tuaku. Ibu rela mengorbankan hidup dan matinya untuk kehidupan anak.Â
Itulah yang dinamakan hidup diantara hidup dan mati. Ayah berjuang untuk memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga. Orang tua tidak pernah mengharap apapun kecuali anaknya agar tetap hidup bahagia.Â
Begitu mudah kita menjadikan hatinya terluka. Sesibuk apapun, ajak mereka bicara. Karena mereka yang mengajarkan kita tentang kata. Jangan mudah patah semangat dan lelah, karena mereka pantang menyerah mencari nafkah. Kita tidak akan pernah tahu, bahwa kesuksesan kita berawal dari sebuah restu orang tua.
We never know the love of a parent till we become parents ourselves yang berarti kita tidak pernah tahu kasih sayang orang tua samapai kita menjadi orang tua diri kita sendiri. Terima kasih ayah dan ibu, sungguh bakti kami takkan cukup membalas keikhlasan dan ketulusan cintamu kepada kami.Â
Sebagai orang tua, kami telah gagal dalam menjaga amanah, semoga kami bisa menjadi orang tua yang baik seperti kalian menjaga dan merawat kami hingga usiamu telah renta.
Dua garis merah, terima kasih telah mengajarkan kami tentang gejolak amarah. Datang dan pergi tiba-tiba tanpa arah. Sekarang dua garis merah terbingkai rapi dalam untaian sejarah.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H