***
Angin masih garang menerpa jiwa-jiwa yang lelah, dan sepasang kupu-kupu terbang seperti ingin hijrah ke kutub selatan sekedar menyejukkan diri. Seorang anak kulihat menyendiri di parkiran yang mulai sepi. Aku mendekatinya, dan ternyata Elang tengah duduk di motornya.
“kenapa belum pulang Lang? nunggu siapa?”
Betapa kagetnya ketika kutahu darah keluar dari hidungnya,
“Kamu mimisan Lang???”
“Nggak apa-apa bu, nanti juga mampet sendiri.”
“Ikut ibu ke UKS, setidaknya hidungmu harus di tutup dengan kapas. Sepertinya UKS belum tutup.”
“Nggak usah bu, nggak apa-apa kok ini Elang juga sudah mau pulang.”
“Elang!!! Kali ini nurut sama ibu.”
***
Seminggu tak ada kabar, dua minggu tak ada kejelasan, hampir tiga minggu sudah Elang kembali mbolos. Akupun sudah tak peduli, aku tak mencoba mencari tahu tentangnya ataupun menghubunginya. Sebulan kemudian aku tahu bahwa dia resmi keluar dari sekolah, aku berpikir mungkin orang tuanya telah berdamai dengannya dan ia diizinkan kembali bersekolah di Surabaya. Memang ada sedikit rasa kehilangan ketika anak itu pergi, mungkin karena keinginanku atau justru ambisiku yang ingin merubahnya menjadi lebih baik belum tercapai, atau mungkin rindukah???