Mohon tunggu...
Sri Mulyani (Agil Senja)
Sri Mulyani (Agil Senja) Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang pengembara kata. Berjalan pada sebuah perkiraan, namun sering gagal menerka pertanda. Saya mungkin satu dari jutaan orang di dunia yang mencintai sastra. Apakah kita bisa saling berbagi titik atau koma?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Elang

23 Januari 2023   16:00 Diperbarui: 23 Januari 2023   16:00 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kamu yakin Lang? Ya sudah silahkan dikerjakan soalnya, kamu sudah membuang waktu kamu lebih dari sepuluh menit”.

Jam sepuluh tepat, bel berbunyi membuyarkan lamunanku. Akupun segera bergegas keluar ruangan setelah selesai membereskan lembar jawaban beserta soal-soal. Berjalan menyusuri kelas–kelas, dan melewati kelas XA membuat mataku makin sembab, dan satu lagi daun gugur di antara rimbunnya pohon kelengkeng di taman sementara bunga flamboyan berdendang menegaskan semangat dengan warna merahnya memandang ke arahku berjalan...

***

Tiga tahun lalu...

Seperti seorang penjelajah menemukan kompas ketika mencari arah jalan pulang, akupun terlonjak saat menerima jadwal semester dua. Akhirnya aku mendapat kesempatan mengajar kelas XA, satu hal yang terlintas di benakku adalah... Elang.

Beberapa kali pertemuan ternyata aku belum juga dapat bertatap muka dengan Elang karena selama itu pula dia mbolos. Baru di minggu kedua aku melihatnya di kelas, duduk di bangku paling belakang. Wajah sayu, mata memerah dan terlihat lelah ternyata kutemukan lagi pagi itu. Ketika aku ajak bicara satu jawaban yang sama ketika saat ujian dulu “kepala saya pusing bu”.

Beberapa waktu berlalu, terciptalah keakraban di antara kami. Tersebab pada suatu hari aku bertemu dengannya di pantai sedang asyik motret keindahan bahari Pantai Konang, dan saat itulah aku tau salah satu hobbinya adalah fotografer. Kami pun menjadi lebih akrab setelah beberapa waktu ngobrol tentang hobbi kami yang sama yaitu fotografi. Belakangan aku tahu juga kalau ia sedari kecil tinggal dengan pembantunya, tersebab orang tuanya sibuk bekerja di luar Jawa, Kalimantan tepatnya. Aku pun tahu betapa kesepiannya dia, dan aku amat paham itu. Mungkin aku bisa menyimpulkan sesuatu, mungkin kenakalannya itu hanya salah satu caranya mencari perhatian, entah dari siapa.

Waktupun berlalu, aku semakin akrab dengannya, juga teman-temannya. Kadangkala ia dan teman-temannya asyik curhat tentang pacar-pacarnya, hobbi, bahkan keluarganya. Namun, pada suatu ketika ada yang mengganggu pikiranku. Seminggu sudah Elang mbolos lagi, padahal ia sudah berjanji takkan membolos lagi jika tidak ada hal yang begitu penting. Aku mencoba mencari informasi dari teman-temannya, tapi nihil. Mereka hanya menyebutkan beberapa kemungkinan, dan satu yang membuatku tertarik “mungkin dia balik ke Surabaya bu, kangen balapan”. Aku menarik napas panjang, satu fakta lagi selain sering mbolos, dia suka balapan motor. Tanpa sengaja ku lihat foto-foto dan status-statusnya di facebook, sungguh aku amat tercekat dan meskipun masih teramat dini untuk kusimpulkan, mungkinkah dia...?????!!!!

Setelah Elang kembali masuk sekolah aku tak lagi respect dengannya, bukan karena dia tak menepati kata-katanya untuk tidak lagi mbolos, tapi karena aku muak dan teramat lelah mencoba menggali apa yang sebenarnya terjadi dengan anak itu. Keinginanku dari seorang guru adalah melihatnya berubah dan berhasil dalam kehidupannya, namun seperti yang sudah disampaikan guru-guru lain bahwa itu percuma. Akhirnya aku mencoba apatis dengannya, namun tetap memberikan arahan dan motivasi untuk para siswa di kelas. Aku terus mengajar seperti biasa, beberapa pertemuan aku bersikap biasa saja padanya hingga pada suatu hari aku melihat hal yang aneh lagi pada Elang, aku melihatnya seperti orang menahan ingus di hidungnya, padahal jelas kutahu dia tidak sedang menderita flu. Aku semakin curiga pada anak itu, berkali-kali sesuatu yang ganjil kulihat tak biasa dan membuatku amat penasaran seperti sebuah teka-teki yang menunggu untuk aku pecahkan.

Awal bulan April...

Elang mengetuk pintu rumahku, aku terpana di depan pintu. Seorang anak basah karena gerimis, bibir menggigil, wajah sepucat kapas hingga tak kudapati wajah tampannya yang memesona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun