Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Diary

Puas Membuka Rekening di BRI Cabang Salatiga

20 Oktober 2023   14:33 Diperbarui: 21 Oktober 2023   04:16 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor BRI cabang Salatiga / dokpri

Saya sedang memulai buka usaha kuliner, oleh sebab itu perlu membuka rekening bank.

Ada dua tujuan yang ingin saya capai. 

Pertama; memenuhi persyaratan menjadi partner beberapa aplikasi online macam GO-FOOD, GrabFood dll. Mereka mensyaratkan adanya rekening bank sebagai sarana lalu-lintas transaksi keuangannya. 

Kedua; berjaga jaga apabila ingin mengajukan kredit murah untuk UMKM berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah sedang berupaya membantu pelaku usaha kecil dengan memberikan kredit mudah dan murah melalui beberapa bank BUMN. 

Pemilik warung sebelah menyarankan agar membuka rekening di Bank Rakyat Indonesia (BRI). 

"Prosesnya mudah dan tidak harus setor uang dulu. Lewat online juga bisa", katanya. 

Saya agak ragu ragu mengikuti sarannya. Di benak saya BRI adalah bank jadul dengan pelayanan ala PNS jaman dulu yang ruwet dan lama, biaya transfer antar bank juga mahal. 

Namun karena kebutuhan, walaupun ragu saya tetap pergi untuk mencoba ke kantor BRI cabang Salatiga. Saya pilih bank plat merah itu karena jaraknya hanya sekitar 200 meter dari warung dan kabarnya untuk mendapatkan KUR prosesnya tidak berbelit. 

Berbekal fotokopi KTP dan Kartu Keluarga, hari Rabu 18 Oktober, sekitar jam 13.00,saya berangkat ke lembaga keuangan yang dijuluki "Bank Sejuta Umat" karena saking banyaknya nasabah dan cabangnya itu. 

Kantor BRI cabang Salatiga terletak di jalan Diponegoro dekat rumah dinas Walikota Salatiga. Gedungnya lumayan megah dan punya tempat parkir cukup luas untuk ukuran sebuah kantor di kota kecil. 

Seingat saya gedung BRI yang bertingkat ini adalah bangunan bekas pugaran gedung lama yang kecil namun asri. Dulu gedungnya hanya satu lantai dan di sebelahnya, yang sekarang jadi tempat parkir mobil, adalah rumah dinas. Mungkin karena kebutuhan untuk pelayanan yang lebih baik, bangunan lama kemudian dirobohkan dan dibangun ulang menjadi seperti sekarang ini.

Sesampai di kantor BRI, sepeda motor saya parkir dibawah pohon rindang yang terletak di depan bangunan. Saat itu cuaca betul betul panas menyengat untuk ukuran Salatiga yang terkenal sebagai kota adem dan nyaman. 

Saya lihat di handphone, suhu mencapai 33°c, jauh dari suhu normal Salatiga yang biasanya sekitar 23-27°c, walaupun di musim kemarau. 

Bergegas saya masuk ke gedung yang biasanya di aliri hawa AC. Pingin cepat cepat ngadem. 

Sebelum mencapai pintu masuk, saya dihampiri seorang satpam yang dengan ramah menyapa dan menanyakan keperluan saya. 

Pak Satpam, dengan Nametag Suwardi  itu, lalu mempersilahkan dan mendampingi masuk setelah tahu tujuan kedatangan saya. 

Diantarnya saya ke dekat sebuah mesin. Beliau memperlihatkan nomor antrean dan bertanya; saya akan antre 6 orang, maukah saya menunggu. 

Mesin tersebut betul betul membantu pelanggan karena bisa memperkirakan waktu untuk antre. Bersedia antre atau tidak, itu keputusan mereka. 

Saya surprised dengan pelayanan model 'jemput pelanggan' semacam ini ada di BRI. Seingat saya dulu satpam hanya duduk di meja, menanyai keperluan pelanggan yang akan masuk lalu mempersilahkannya tanpa membukakan pintu. 

Sekarang banyak kantor baik swasta maupun pemerintah, termasuk bank, yang melakukan pelayanan kepada pelanggan dengan model 'jemput pelanggan'. Untuk BRI saya baru saat itu mengetahuinya. Entah sudah berapa lama mereka melakukannya. 

Karena antre lumayan, saya ditawari Pak Suwardi untuk melakukan registrasi secara on-line melalui handpone. Saya meng-iya-kan. 

Dengan sabar dan sopan, beliau membimbing langkah pendaftaran via Smartphone saya. 

Ternyata caranya cukup mudah dan tidak berbelit. Apalagi jika kita terbiasa menggunakan gadget untuk mengakses atau meregistrasi aplikasi online. 

Tidak sampai 5 menit saya sudah hampir melalui semua langkah yang disyaratkan. Namun ketika tiba dilangkah akhir, tiba tiba ada notifikasi call system error. Saya gagal melakukan registrasi online. 

Pak Suwardi berusaha mengakses sistem tersebut lewat HPnya sendiri, barangkali yang gangguan adalah milik saya. 

Setelah dicoba beberapa kali dan ditanyakan ke rekannya, kemungkinan karena saat itu jaringan sedang penuh atau kurang bagus. 

Masalah jaringan internet lemot  dan  kurang lancar memang masih menjadi kendala di Indonesia. Mungkin program jaringan konektifitas 5G memang harus dikebut. 

Sayang sekali memang. Kemudahan langkah dan sistem BRI terganggu gara gara jaringan internet lelet. 

Sambil meminta maaf beliau kemudian menyarankan saya untuk melakukan pembukaan rekening secara manual di customer service. Kebetulan no antrean saya tinggal menunggu 2 orang lagi. 

Petugas keamanan tersebut memberi saya 2 lembar formulir untuk diisi. Saya diberitahu bagaimana cara mengisi dan mengurusnya ke bagian customer service. Tidak sampai 5 menit, formulir pembukaan rekening selesai saya lengkapi.

Ketika melihat lihat ruangan sembari menikmati dinginnya udara AC, saya didekati seorang mbak mbak. Perempuan cantik dan berpakaian rapi itu menanyakan apakah saya butuh bantuan. 

Saya memberitahu bahwa sedang antre membuka rekening sekalian menanyakan identitasnya. 

"Nama saya Talia. Saya teller yang diperbantukan untuk melayani pelanggan yang sedang antre', begitu wanita muda tersebut menjawab. 

Sekali lagi, saya surprised dengan pelayanan BRI ini. Mereka memaksimalkan seluruh staf untuk membantu pelanggan. Saat itu memang pengunjung bank tidak terlalu banyak, sehingga mungkin tellernya tidak semuanya bertugas.

Sebuah strategi pelayanan yang bagus. 

Dalam ilmu pemasaran modern ada teori bahwa semua staff adalah petugas pemasaran dan promosi. Dari level direktur hingga petugas kebersihan wajib mempromosikan dan memasarkan perusahaan lewat produk hingga attitude (tingkah laku). Staff perusaahan adalah produk perusahaan itu sendiri. 

Saya kira BRI mengaplikasikan ilmu tersebut dalam operasionalnya. Saya dilayani dengan baik oleh satpam dan teller walaupun mereka bukan staf pemasaran. 

Hal ini tentu mempengaruhi persepsi saya tentang BRI. Saya dan pelanggan lain akan bercerita bagaimana kami dilayani dengan baik di lembaga keuangan ini. 

Cerita itu akan menjadi lips ad atau promosi dari mulut ke mulut. Hingga saat ini lips ad adalah pemasaran/promosi yang paling efektif diantara metode lainnya. Orang yang diberitahu akan semakin yakin dengan keunggulan produk perusahan tersebut karena ceritanya berdasarkan pengalaman pribadi bukan dari produk iklan. 

Mbak Talia kemudian permisi meninggalkan saya karena antrean tinggal 1 orang lagi. Saya lihat beliau menghampiri pelanggan lain yang sama sama sedang menunggu. 

Tiba giliran, seorang staff customer service memanggil no antrian saya. Nama Sindy tertulis di papan nama diatas meja kerjanya. 

Meja tersebut cukup rapi. Ada pot tanaman hias sebagai pemanis. Diatas meja juga terdapat beberapa brosur produk BRI dan semangkuk permen. Nasabah boleh mengambil sesukanya. 

Saya mengutarakan niat untuk membuka rekening baru sembari menyerahkan formulir yang sudah saya isi beserta fotokopi kartu keluarga. 

Mbak Sindy meneliti satu persatu dan menanyakan beberapa hal. Beliau terlihat mengisi beberapa kolom dalam formulir. 

Saya diberitahu bahwa no kontak/HP yang dituliskan di formulir sebaiknya milik pribadi dan saat itu dibawa. Hal ini sangat penting karena dalam proses selanjutnya saya akan dikirim via SMS, enam angka OTP (on time password/nomor sandi) yang akan dipakai untuk mengaktifkan rekening dan pin ATM. 

Benar saja, tak sampai 5 detik saya sudah menerima nomor tersebut. Mbak Sindy kemudian menerangkan fungsi dan bagaimana cara memakainya. 

Ternyata fotokopi KK yang saya bawa tidak dikumpulkan oleh pihak bank. KTP asli dan fotokopi cukup diperlihatkan saja untuk diperiksa kesesuaian dan ke-valid-annya. 

Saya juga difoto sebagai bahan dokumentasi dan keamanan.

Hal itu tampaknya sebagai langkah pengamanan agar transaksi keuangan perbankan dilakukan dengan benar dan oleh pihak yang benar pula. 

Ternyata kebijakan paperless atau tanpa dokumen fisik juga sudah diterapkan oleh BRI. Sistem data yang sudah terintegrasi dengan data pemerintah sebenarnya sudah cukup untuk meminimalkan pemakaian dokumen fisik seperti kertas. 

Saya dilayani dengan baik oleh Mbak Sindy. Hal itu berbeda dengan pengalaman bertahun tahun lalu ketika berproses di bank yang sama. 

Jaman dulu petugas informasi bekerja sesuai mood yang bersangkutan. Kadang baik, tak jarang menjengkelkan. Makanya saya memilih membuka rekening di bank swasta. 

Kini tampaknya pelayanan di bank pemerintah dan swasta hampir seragam, sama baiknya. Saya pikir ada Standar Operating Procedure (SOP) yang diterapkan. 

Selama dilayani, saya menghitung 2 kali sang CS permisi meninggalkan saya menuju ruangan lain. 

"Maaf Pak, saya otorisasi dahulu ke atasan", demikian alasannya. 

Sebenarnya hanya sekitar 3 menitan Mbak Sindy meninggalkan saya. Saya tidak berkeberatan karena saat itu tidak terburu buru. Namun bisa saja ada pelanggan lain yang merasa terganggu karena harus menunggu lebih lama. 

Saya berpikir alangkah baiknya jika prosedur itu diminimalkan. Atau jika tidak bisa, pengaturan ruangan dikaji lagi agar seorang CS tidak perlu/sering meninggalkan mejanya. Misalkan antara staf dan atasan, meja atau ruangannya berdekatan. Hal itu demi kenyamanan pelanggan, efisiensi pekerjaan sekaligus fungsi keamanan. 

Ada satu hal lagi yang membuat saya merasa senang membuka rekening di BRI yaitu soal setoran awal. 

Menurut Mbak Sindy pelanggan perlu mengisi rekening sejumlah Rp. 250.000, namun tidak harus disetor saat itu juga. Diberi jangka waktu selama tiga bulan. Walau belum menyetor, rekening dan ATM sudah aktif dan bisa digunakan.

Jumlah rupiah tersebut lebih kecil dari beberapa bank lain yang harus disetorkan terlebih dahulu agar rekening bisa aktif. 

Kelihatannya Rp. 250.000,- adalah nominal tak seberapa untuk sebagian orang. Bagi kami para pelaku usaha kecil yang baru memulai usaha, uang sejumlah itu lumayan  menambah modal untuk 'diputar' agar bisa 'beranak pinak'. 

Jangka waktu tiga bulan untuk menyetor yang diberikan cukup lama, kami bisa bernafas terlebih dahulu. Namun apa mau dikata jika tidak mampu melakukan setoran, kami harus pasrah jika rekening secara otomatis akan dibekukan. 

Pembukaan rekening baru selesai dalam waktu 10 menitan. Buku rekening dan kartu ATM saya terima dan siap untuk digunakan. 

Saya puas dengan pelayanan dan produk perbankan yang ditawarkan BRI. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah tentang revolusi mental bagi jajarannya. Walaupun BRI adalah BUMN, namun kendali operasionalnya tetap diatur oleh pemerintah. Semua staff yang saya jumpai melayani dengan baik dan ramah. 

Program lain yang dicanangkan pemerintah adalah memperbanyak entrepreneur baru di Indonesia. Para pengusaha dengan berbagai level usaha ini menjadi penopang perekonomian Indonesia. Hal itu terbukti dari kemampuan Indonesia bertahan ditengah gempuran pandemi Covid 19 baru baru ini. 

Dengan kemudahan dan kemurahan produk BRI, para calon pengusaha akan terbantu sehingga terciptalah enterpreneur- entrepreneur baru seperti yang diharapkan. 

Semoga BRI terus berinovasi dan tetap menjadi bank kekinian. 

Pelayanan sempurna dan produk yang menguntungkan akan membuat saya betah menjadi nasabah

Lagipula BRI khan milik pemerintah. Jika BRI untung maka keuntungannya kembali ke saya juga. 

Salatiga, 19102023.180

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun