Mbak Sindy meneliti satu persatu dan menanyakan beberapa hal. Beliau terlihat mengisi beberapa kolom dalam formulir.Â
Saya diberitahu bahwa no kontak/HP yang dituliskan di formulir sebaiknya milik pribadi dan saat itu dibawa. Hal ini sangat penting karena dalam proses selanjutnya saya akan dikirim via SMS, enam angka OTP (on time password/nomor sandi) yang akan dipakai untuk mengaktifkan rekening dan pin ATM.Â
Benar saja, tak sampai 5 detik saya sudah menerima nomor tersebut. Mbak Sindy kemudian menerangkan fungsi dan bagaimana cara memakainya.Â
Ternyata fotokopi KK yang saya bawa tidak dikumpulkan oleh pihak bank. KTP asli dan fotokopi cukup diperlihatkan saja untuk diperiksa kesesuaian dan ke-valid-annya.Â
Saya juga difoto sebagai bahan dokumentasi dan keamanan.
Hal itu tampaknya sebagai langkah pengamanan agar transaksi keuangan perbankan dilakukan dengan benar dan oleh pihak yang benar pula.Â
Ternyata kebijakan paperless atau tanpa dokumen fisik juga sudah diterapkan oleh BRI. Sistem data yang sudah terintegrasi dengan data pemerintah sebenarnya sudah cukup untuk meminimalkan pemakaian dokumen fisik seperti kertas.Â
Saya dilayani dengan baik oleh Mbak Sindy. Hal itu berbeda dengan pengalaman bertahun tahun lalu ketika berproses di bank yang sama.Â
Jaman dulu petugas informasi bekerja sesuai mood yang bersangkutan. Kadang baik, tak jarang menjengkelkan. Makanya saya memilih membuka rekening di bank swasta.Â
Kini tampaknya pelayanan di bank pemerintah dan swasta hampir seragam, sama baiknya. Saya pikir ada Standar Operating Procedure (SOP) yang diterapkan.Â
Selama dilayani, saya menghitung 2 kali sang CS permisi meninggalkan saya menuju ruangan lain.Â