"Yang penting kepalanya masuk"
Kalimat di atas adalah prinsip beberapa sopir bus. Artinya, jika ingin menyalip kendaraan lain, bila kepala/bagian depan bus sudah bisa menyalip, otomatis semua bagian bus bisa menyalip.Â
Jika Anda sedang berpapasan dengan bus dari arah depan yang memaksa menyalip kendaraan lain padahal jaraknya sangat mepet. Itulah suasana yang menggambarkan kalimat pembuka di atas.Â
Bus akan membunyikan klakson  dan memberikan kode dengan lampu dim berkali kali agar Anda menepi. Tak mau terjadi kecelakaan, kendaraan lain biasanya akan mengalah. Kita hanya bisa mengumpat atau geleng geleng kepala melihat kelakuan oknum sopir bus yang ugal ugalan itu.Â
Saya penghobi naik bus. Saya juga mantan kondektur bus.Â
Saat muda, jika naik bus saya harus duduk paling depan, dibelakang sopir atau dekat pintu. Apabila tempat duduk paling depan sudah terisi, saya rela menunggu bus berikutnya agar bisa duduk di depan.Â
Karena hobi duduk di depan, saya sering ngobrol dengan sopir maupun kernet atau kondekturnya.Â
Dari obrolan dan pengalaman saat menjadi kondektur, saya menjadi tahu mengapa ada bus yang jalannya pelan, tetapi banyak pula yang senang ngebut. Hal itu berkaitan dengan beberapa fakta berikut.Â
Terdapat 3 sistem pemberian upah yang dilakukan sebuah PO terhadap pendapatan para sopir dan kru (kernet dan kondektur).Â
1. Sistem gaji.Â
Para sopir dan kru mendapat penghasilan tetap demgan sistem ini. Banyak sedikit penumpang tidak menjadi masalah, yang penting mereka tiba di tujuan sesuai waktu yang telah ditentukan.Â
Para sopir akan membawa busnya dengan lebih santai karena tidak ada target mendapatkan  sejumlah penumpang. Sistem ini banyak dipakai oleh PO (Perusahaan Otobus) yang diinisiasi oleh Pemda setempat seperti Trans Jakarta, Trans Semarang dll.Â
2. Sistem Premi
Sopir dan kru mendapat bagian sekian persen dari jumlah uang yang disetorkan kepada PO.
Misalkan sebuah PO memberlakukan premi 10% dan jumlah yang disetorkan kru bus 1 juta. Maka sopir dan kru akan mendapatkan 10% dari jumlah setoran itu yaitu 100 ribu.Â
Dari jumlah 100 ribu akan dibagi lagi untuk 3 orang (Sopir, kernet dan kondektur bila ada) sesuai aturan. Yang kerap terjadi pembagiannya adalah sopir 5%, kondektur 3% dan kernet 2%. Sopir selalu mendapat bagian lebih besar karena resikonya paling tinggi. Sedangkan kernet mendapat bagian yang terkecil.Â
Sistem premi juga mempengaruhi kecepatan bus di jalan raya. Biasanya sopir menjalakannya lebih cepat agar bisa memberi setoran yang lebih banyak.Â
Pada sistem ini sopir dan kru tetap mendapatkan penghasilan. Besar kecilnya penghasilan/premi mereka tergantung jumlah rupiah yang disetorkan.Â
Salah satu ciri yang gampang dikenali pada sistem premi adalah adanya petugas kontrol.Â
Di setiap tempat tertentu bus akan berhenti untuk dilakukan pengecekan jumlah penumpangya.Â
Kondektur bus memberikan kertas kontrol kepada petugas kontrol untuk diisi jumlah penumpang yang sudah dihitung oleh petugas tersebut. Kertas kontrol digunakan kondektur sebagai pedoman saat melakukan setoran ke PO.Â
Sistem ini banyak dilakukan oleh bus reguler antar kota dalam propinsi (AKDP) dan bus antar kota antar propinsi (AKAP)Â
3. Sistem Setoran
Pada sistem ini sopir dan kru bus harus menyetorkan sejumlah rupiah kepada pemilik PO. Besar kecilnya pendapatan mereka tergantung sisa uang setelah dikurangi setoran.Â
Apabila penumpang sepi, sopir dan kru bisa mengalami kerugian jika jumlah yang disetorkan kurang dari ketentuan. Mereka kemudian berhutang kepada PO. Bayarnya jika ada kelebihan uang saat penumpang ramai.Â
Sistem ini bisa dikenali saat Anda dioper ke bus lain dengan alasan rusak atau penumpang sedikit. Sopir dan kru tak mau rugi terlalu banyak karena mereka tetap harus setoran.Â
Ciri lainnya adalah penumpang yang terlalu berjejal. Walau bus sudah penuh, kru bus akan tetap mencari penumpang dengan terikan,Â
"Kosong kosong, masih ada tempat.... "
Para sopir bus pada sistem ini akan memainkan kecepataanya sesuai situasi. Bila penumpang banyak atau penuh, kecepatannya cenderung tinggi agar cepat sampai dan bisa narik lagi.Â
Namun apabila penumpang sepi, mereka cenderung lelet bahkan sengaja ngetem lama agar mendapat penumpang. Banyak penumpang yang geregetan saat situasi ini terjadi.Â
Selain ketiga sistem pendapatan di atas, ada situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan para sopir bus ngebut di jalanan. Inilah di antaranya:
1. Karakter sopir
Apapun jenis sistem pendapatannya, bus-nya, trayeknya, jika sang sopir punya karakter senang ngebut maka kendaraanya akan dilarikan kencang.Â
Jika buka you tube dan ketik 'sopir ngebut', Anda akan mendapatkan video video sopir tukang ngebut dari para blogger penggemar bus.Â
Sopir sopir itu bukan dihindari, malahan banyak yang menanti. Utamanya para 'lajon' istilah untuk pekerja migran yang sering atau setiap hari harus bekerja pergi pulang keluar kota. Mereka butuh cepat agar tak terlambat.Â
Bus ngebut juga banyak dipakai sebagai sarana pemacu adrenalin oleh para penggemar bus yang menikmati adu balap para sopir bus.Â
2. Jarak dan waktu ngetem yang singkat.Â
Jika sering bepergian Solo- Surabaya, pada jam jam tertentu, Anda akan menemukan bus yang ngetem dengan waktu yang sangat singkat. Mereka memberi istilah 2 menitan.Â
Bus parkir, sopir atau mandor tetap dikemudi sembari memainkan gas seolah olah bus akan berangkat saat itu juga. Mandor bus yang lain akan berteriak mencari penumpang dengan kata kata khas nya,Â
"Surabaya Surabaya Surabaya.. Berangkat berangkat"
Dua menit kemudian, bahkan ada yang kurang, bus benar benar berangkat tancap gas.Â
Walaupun hanya terisi 2-3 penumpang, bus tetap harus berangkat. Ada bus lain yang sudah menanti gilirannya diberangkatkan.Â
Kita bisa bayangkan, tiap 2 menit ada satu bus yang berangkat mencari penumpang. Bus itu harus  mencari penumpang sembari berlari kencang agar tidak disalip bus dibelakangnya.Â
Oleh sebab itu, bus jurusan Solo (Jogja) Surabaya sering disebut raja jalanan yang sesungguhnya. Saya pernah mengemudikan mobil dengan kecepatan 100 km per jam dengan mudahnya disalip oleh bus bus tersebut.Â
Banyak kecelakaan yang melibatkan bus bus JogJa Surabaya. Bahkan saking seringnya celaka, PO Sumber Kencono  beralih nama menjadi Sumber Rejeki dan Sumber Bahagia.Â
3. Ngoyak Jam/Mengejar Jam
Ini istilah yang dipakai oleh para sopir saat 'kehabisan' waktu untuk tiba di lokasi/terminal bus tertentu. Mereka masing masing sudah punya jadwal tiba dan berangkat di terminal itu.Â
Kehabisan waktu biasanya dialami jika dia terlambat berangkat, terjebak macet, bus rusak ringan atau masalah ban.Â
Dengan situasi  demikian, bus akan dipacu kencang agar saampai ke tujuan sesuai jadwal. Seringkali sopir tidak mengambil penumpang di jalan demi menghemat waktu.Â
Apabila bus tepat waktu, maka dia masih mendapat kesempatan mencari penumpang di terminal itu.Â
4. Bus Perusak Jam
Ini istilah saya sendiri untuk bus yang ditugaskan untuk merusak jam bus kompetitor. Sopirnya memang ditugasi pihak PO untuk menyalip atau membayangi bus kompetitor.Â
Bus 'perusak' Â ini biasanya tidak terlalu peduli dengan jumlah penumpang yang didapat. Yang penting bus kompetitor, baik yang di depan atau belakangnya, kesulitan mendapat penumpang.Â
4. Gengsi dan harga diri
Ada harga diri tersendiri apabila bus melaju lebih cepat dari kompetitor. Tak heran yang sering ditemui kebut kebutan di jalan adalah bus yang bersaing.Â
Adanya teknologi HP memudahkan para sopir bus saling berkomunikasi dengan rekan sesama PO. Mereka akan saling menanyakan  posisi bis rekan atau kompetitornya. Jika bus kompetitor terlalu dekat baik di depan atau dibelakangnya, maka bus pun siap dikebut. Jangan sampai kompetitor yang mendapat nama sebagai raja jalanan.Â
5. Mengejar jam istirahat
Sopir ngebut bisa terjadi untuk mendapatkan jam istirahat sebanyak banyaknya. Kondisi ini sering terjadi kepada sopir single (tanpa sopir cadangan) yang menjalankan trayek jarak jauh, contohnya bus AKAP Surabaya-Jogja, Jakarta-Cirebon.Â
Bila ada kemacetan di jalan, sopir memerlukan waktu yang lebih lama untuk sampai ke tujuan. Pada kondisi ini otomatis jam istirahat para sopir akan berkurang jika dia terlambat. Oleh sebab itu, saat jalan sudah lancar, mereka akan memacu busnya intuk segera tiba di tujuan agar bisa mendapat jam istirahat yang cukup.Â
Hal hal di atas adalah persoalan yang dialami para sopir dan kru bus. Jika dirasa hal tersebut membahayakan, tentunya harus ada kebijakan pemerintah dan PO agar tidak sering terjadi kecelakaan di jalan.Â
"UTAMAKAN SELAMAT"
Demikian slogan yang sering saya baca di kendaraan umum.Â
Salatiga 121221.73
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H