Mohon tunggu...
Sri Endang
Sri Endang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Klasik dan Implikasinya dalam Pembelajaran

22 Desember 2023   17:46 Diperbarui: 22 Desember 2023   17:49 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

3.Belajar Superordinat

      Tampaknya belajar superordinat jarang terjadi di sekolah, sebab kebanyakan guru dan buku sekarang menyajikan konsep-konsep yang lebih inklusif, tetapi ada kalanya penyajian seperti itu mengalami masalah. Kalau begitu maka penting juga dipahami apa yang disebut belajar superordinat.

       Belajar suborinat jarang terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif (Dahar, 1996). Misalnya, ketika anak kecil belajar mengenal kucing, awalnya semua kucing sama. Tetapi setelah belajar lebih jauh maka ia mulai membedakannya dengan kucing betina, jantan dan sebagainya. Lalu, ia juga belajar dari unsur keber buluan maka muncullah kelompok binatang menyusui atau mamalia maka kucing, sapi, anjing termasuk kelompok binatang mamalia. Disitu tampaklah bahwa mamalia sebagai superordinat dan kucing, anjing juga sapi sebagai subordinat.

4.Penyesuaian Integratif

    Terkadang anak dihadapkan kepada permasalahan dwifungsi suatu konsep dan dengan kenyataan ini mereka mengalami semacam pertentangan kognitif. Misalnya, penggunaan kata bisa yang berarti dapat/mampu dan arti lainnya, yaitu racun. Pertentangan seperti itu, umumnya membuat anak bertanya kapan saya harus mengatakan "bisa" yang berarti dapat dan kapan saya harus mengatakan "bisa" yang berarti racun. Penggunaan kata maknanya sudah meluas, seperti kata "ibu", yang berarti orang yang melahirkan atau yang dituankan pun dapat menimbulkan pertentangan kognitif bagi anak. Misalnya, Bu Pulan berkata "Coba bukunya berikan ke Ibu!"

           Menurut Ausubel untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif seperti itulah pentingnya penggunaan prinsip-prinsip penyesuaian intergratif yang sering disebut dengan istilah rekonsiliasi integratif. Ausubel berpendapat bahwa suatu pembelajaran yang bermakna tidak harus selalu terjadi secara diferensiasi progresif, tetapi harus terjadi upaya penggerakan kerangka hierarkis konseptual ke atas dan ke bawah. Artinya perlu diperlihatkan keterkaitan antara konsep-konsep umum dengan konsep-konsep khusus. Selain itu perlu jelas pula konteks dan rentetan penggunaan kata yang telah melebar maknanya atau kasus makna dwifungsi dan sebagainya.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun