"Itu kan kodok rawa anak si Burhan."
"Iya... yang ibunya melawan petuah leluhur. Itulah hasilnya tidak mau mengikuti ajaran nenek moyang, kena kutukan dia sekarang."
"Dasar perempuan tolol, dilamar baik-baik oleh Mandor Sinyo malah meninggalkan rumah dan memilih lelaki kere dan penyakitan..."
Suara-suara itu menekan batin Sumi dan mengalirkan anak sungai di wajahnya. Batin dan tubuhnya sudah lelah benar. Dia menutup kelopak matanya, berharap menemukan keajaiban di tempat yang bernama Puskesmas. Seorang perempuan berjas putih keluar dari ruangan. Dia terbelalak kaget melihat Sumi dan anaknya di bangku panjang. Ruang tunggu itu telah kosong melompong.
"Ibu menunggu siapa?"
"Anak saya sakit Dok...."
Dokter itu menyentuh dahi Ateng, terasa panas membara.
"Perawat, mengapa pasien ini tidak dilayani?" teriak sang dokter ke perawat yang berada di loket karcis.
"Dia tidak membawa dokumen yang diminta."
"Pasien gawat seperti ini adalah prioritas, sungguh kamu tega mempersulit orang yang sedang susah."
"Tapi Dok... aturannya kan..."