Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Kehidupan

17 Oktober 2023   14:19 Diperbarui: 17 Oktober 2023   14:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Sejoli (Sri NurAminah, 2021)

Pute mulai tenang. Rahman bangkit dari bale-bale bambu. Dituangkannya teh hangat ke dalam gelas yang diminum Pute dengan penuh semangat.

"Kamu sudah makan?"

Perempuan itu menggeleng pelan yang membuat Rahman gelisah. Dia merogoh saku celananya, hanya berisi dua lembar uang sepuluh ribuan. Gaji mingguannya sebagai kuli angkut pelabuhan belum diterima karena mandornya sakit.

"Kamu tunggu disini," titahnya sebelum berlalu.

Pelabuhan Makassar adalah tempat hilir mudiknya kapal komersil dan transportasi air lainnya. Siang dan malam di sepanjang jalan depan Pelabuhan, berjejer penjual martabak, aneka gorengan, terang bulan serta rupa-rupa makanan yang harganya terjangkau. Rahman kembali dan membawa dua bungkus songkolo bagadang. Setelah mengucapkan terima kasih, Pute menyuap ketan hitam dengan potongan ikan mairo kering ke dalam mulutnya. Rahman duduk di samping kekasihnya sambil bercerita. Sepasang merpati itu menghabiskan songkolo bersamaan dengan malam yang merambat syahdu mendekati dini hari.  

Rahman tidak pernah menyangka, pertemuan mereka di malam itu telah sukses menuai badai.

"Tenanglah, aku akan bertanggung jawab atas semua perbuatanku," Rahman mengelus kepala Pute.

"Kamu akan menikahiku dan membesarkan anak kita bersama-sama?"

"Iya, aku berjanji," suara Rahman tercekat. Penghasilannya yang tidak menentu membuat dia kesulitan menafkahi dirinya sendiri. Namun ini adalah risiko perbuatannya dan dia siap bertanggung jawab.

"Kamu jangan menangis, aku minta izin dahulu kepada Pak Bos. Setelah itu kuantar kamu pulang, aku ingin bertemu Ayahmu untuk melamarmu menjadi istriku."

Setelah hampir tiga jam lamanya kedua sejoli itu  menaik kendaraan umum menuju Kampung Duri yang jalannya rusak. Ternyata kedatangan Rahman ke rumah Pute membuat Pak Makka bergolak bagaikan banteng yang digoda matador. Harga diri lelaki bertubuh kekar itu porak poranda karena putri tunggalnya berbadan dua dengan pasangan tidak halal. Penuh kemurkaan ditamparnya  wajah Rahman sampai ujung bibirnya mengeluarkan darah. Pute menjerit dan memeluk Rahman yang terjatuh ke lantai rumah panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun