"Kamu lihat matahari itu Andrea. Dia terbit dan tenggelam dengan teratur. Matahari tidak pernah ingkar janji."
Aku tersentak mendengar penekanan suara Adrian pada kata ingkar janji. Kutundukkan kepalaku.
"Kamu kenapa sih Andrea? kamu ada masalah?"
Aku menggelengkan kepalaku. Masa aku harus curhat tentang masalah Ryo ke Adrian? mana tahan...
Adrian segera menjentikkan jarinya memanggil pelayan yang datang membawakan bill.
"Kamu mau nambah menu atau membungkus untuk makan di rumah?"
"Tidak, terima kasih jamuannya. Kamu baik sekali,"
"Benar tidak mau tambah lagi? Tidak menyesal?"
Adrian tertawa kencang melihat keluguanku.
Tanpa terasa sudah enam bulan purnama hubungan tidak jelasku berjalan bersama Adrian. Adrian selalu memberikan sinyal berbau cinta namun tidak pernah kutanggapi.
"Andrea, kamu tidak keberatan sebelum pulang ke rumah kita singgah menjemput ayahku di tempat mengajarnya?"