Hening lama. Aku kembali sibuk dengan pikiranku sendiri.
"Andrea, kamu masih di sana?"
"Eh iya..."
"Kamu kok diam sih? Ini pulsa telponnya jalan terus loh. Kamu cerita dong, aku pengen dengar suaramu,"
"Aku cerita? Cerita tentang apa?"
"Apa saja yang kamu mau sampaikan kepadaku."
Aku tergagap. Ih...apa maunya ini orang.
"Mohon maaf aku masih ada kerjaan, ntar kita telpon-telponan lagi ya."
"Bener nih?"
"Iya...sudah dulu ya," aku segera mematikan ponselku.
Semakin bertambahnya hari, intensitas percakapanku dengan Adrian semakin meningkat. Suatu sore, Adrian berjanji menjemputku ke kampus setelah kuliahku selesai. Aku menjadi gelisah sepanjang hari, menyesal luar biasa kenapa juga aku mengiyakan permintaan Adrian. Akhirnya Adrian datang ke tempat yang telah kami sepakati. Dia mengenakan kemeja hitam dengan celana jeans. Aku akui dalam hatiku, sungguh tampan performanya saat itu.