Hari ini aku datang ke kamar kos Ryo karena dia berjanji mengantarku pergi ke tempat bimbingan belajar. Rumah kosan bercat putih itu terlihat sangat sepi seperti tidak ada tanda kehidupan di dalamnya. Penuh keraguan aku mencoba mengetuk pintu masuk yang ternyata tidak terkunci. Aku berteriak memanggil nama Ryo tetapi tidak ada jawaban. Tiba-tiba kulihat seorang lelaki berperut gendut keluar dari sebuah kamar.
"Permisi Kak, saya ingin bertemu Ryo."
"Ryo di dalam kamarnya. Kamu masuk saja ke sana, yang pintunya ada gambar jangkar."
Lelaki itu menunjuk ke sebuah kamar yang terletak di bagian belakang. Sayup-sayup kudengar gelak tawa perempuan dan lelaki. Aku berjalan berjingkat-jingkat di atas dinginnya ubin lantai. Semakin dekat ke pintu kamar tujuanku, suara tawa itu semakin jelas terdengar. Aku berdiri terpaku di depan pintu yang tertutup gorden, rasanya seluruh sendiku kaku tidak dapat bergerak. Tiba-tiba seseorang menubrukku dari dalam kamar. Aku mengusap bahuku yang terasa sakit.
"Andrea, kamu bikin apa disini?"
Aku memandang wajah Ryo yang tampak sangat terkejut. Seorang perempuan muncul dari belakang Ryo dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang pacarku itu. Â
"Siapa perempuan itu?" tanyaku sedingin es.
"Tidak usah kamu pikirkan siapa dia. Itu hanya sepupuku yang baru datang dari kampung. Kamu mau apa ke sini?"
"Baru kali ini aku menahu  kalau kamu punya sepupu perempuan dari kampung."
Aku menutup muka dengan kedua belah tanganku. Kulihat perempuan yang dikatakan 'sepupu' oleh Ryo keasyikan memeluk erat pinggang lelaki yang kucintai. Tangannya mengusap mesra rambut lelaki itu. Bola mata hitam perempuan berambut ikal itu  terlihat sangat liar saat memandangku. Air mataku tumpah, hatiku langsung bergolak tidak karuan. Aku berlari meninggalkan kamar kos Ryo dan membiarkan mereka tertawa kencang di atas kesedihanku.