Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

3 Alasan Perancis Terancam Tersingkir di Babak Penyisihan Piala Dunia 2022

17 November 2022   05:00 Diperbarui: 22 November 2022   11:45 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa gelaran Piala Dunia 2022 Qatar sudah dimulai. Laga antara tim tuan rumah Qatar melawan Ekuador, di Stadion Al Bayt Stadium, Minggu (20/11/2022), akan menjadi partai pembuka di Piala Dunia 2022. 

Fokus pecinta sepakbola di penjuru dunia akan tertuju ke Qatar, selama satu bulan ke depan. Para pengamat dan pecinta sepakbola, pasti telah mengantongi tim mana yang jadi favoritnya dan telah memprediksi negara manakah yang akan keluar sebagai juara Piala Dunia 2022. 

Tim-tim seperti Brasil, Perancis, Argentina, Jerman, Belgia, Spanyol, Belanda, Portugal dan Inggris, diunggulkan untuk mengangkat trofi Piala Dunia 2022.

Sebagai juara bertahan dan mempunyai skuad mentereng, Perancis diprediksi akan melaju jauh hingga babak final. Bahkan banyak pengamat memprediksi, bahwa Perancis bisa mempertahankan gelar juara Piala Dunia.

Dari posisi kiper hingga penyerang, kualitas para pemain Perancis tak perlu diragukan lagi. Di pos penjaga gawang ada kiper andalan dari klub Tottenham Hotspur, Hugo Lloris. 

Di lini belakang ada nama-nama mumpuni seperti, Raphael Varane (Manchester United), Jules Kounde (Barcelona), Dayot Upamecano (Bayern Muenchen), Benjamin Pavard (Bayern Muenchen) dan bintang yang lagi naik daun milik Arsenal, William Saliba.

Di lini tengah, tim asuhan Didier Deschamps, membawa nama-nama seperti, Aurelien Tchouameni (Real Madrid), Eduardo Camavinga (Real Madrid), dan Adrien Rabiot (Juventus). 

Sektor lini serang, menjadi skuad termewah yang dimiliki oleh Perancis. Siapa yang tak kenal dengan, Antoine Griezmann (Atletico Madrid), Olivier Giroud (AC Milan), Kylian Mbappe (PSG), Ousmane Dembele (Barcelona), Kingsley Coman (Bayern Muenchen) dan pemilik gelar Ballon d'or terbaru, yaitu Karim Benzema (Real Madrid).

Namun Bung Arson, sebagai penulis memiliki prediksi berbeda dan bisa jadi berlawanan dengan prediksi banyak pihak. 

Ada 3 alasan bahwa Perancis diprediksi akan tersingkir di babak penyisihan Piala Dunia 2022. Apa saja ketiga alasan tersebut? Yuk simak ulasan khas dari Bung Arson berikut ini:

1. Memori Tragedi Piala Dunia 2002

Pecinta sepakbola tentu masih ingat dengan memori tragedi Piala Dunia 2002 yang penulis maksud. Ya ketika itu, Perancis datang ke Piala Dunia 2002 sebagai juara bertahan, sama halnya dengan Piala Dunia 2022, Perancis juga datang dengan status sebagai juara bertahan.

Setelah meraih gelar juara Piala Dunia 1998, Perancis melanjutkan kedigdayaannya dengan menjadi jawara Piala Eropa 2000. 

Sebagai juara bertahan, Perancis membawa para pemain bintang ke Piala Dunia 2002. Dengan membawa skuad mewahnya, secara otomatis Perancis diunggulkan sebagai kandidat kuat juara Piala Dunia 2002.

Piala Dunia 2002 yang digelar di Korea Selatan-Jepang, ternyata membawa bencana bagi Perancis. Secara mengejutkan, deretan pemain bintang Perancis seperti, Fabien Barthez, Lilian Thuram, Marcel Desailly, Patrick Vieira, Thierry Henry, David Trezeguet, Youri Djorkaeff dan Zinedine Zidane tak mampu membawa Perancis lolos ke babak 16 besar.

Sang juara bertahan tereliminasi lebih awal karena kalah secara mengejutkan dari Senegal dengan skor tipis 0-1. 

Kemudian di laga kedua, Perancis hanya mampu bermain dengan skor kacamata saat melawan Uruguay. Dan di laga pamungkas tim asuhan Roger Lemerre, takluk dari tim Dinamit Denmark, dengan skor 0-2.

Situasinya hampir mirip dengan kondisi yang dialami skuad Perancis saat ini, datang sebagai juara bertahan dan membawa sejumlah pemain bintangnya. 

Di Piala Dunia 2022, Perancis kembali satu grup dengan Denmark, kemudian ada satu tim dari benua Afrika, yaitu Tunisia dan terakhir ada Australia.

Di atas kertas, Perancis diprediksi akan dengan mudah melaju ke babak 16 besar, jika melihat lawan-lawan yang akan dihadapinya. 

Namun, jika tidak berhati-hati dan karena terlalu menyepelekan lawan, nasib Perancis di Piala Dunia 2002 bisa terulang kembali, yaitu tersingkir di babak penyisihan Piala Dunia 2022.

Jika hal itu terjadi, maka ini bisa menjadi kejutan besar, dimana tim unggulan Perancis, harus mengepak kopernya lebih awal di Piala Dunia 2022.

2. Berkaca dari Italia, Spanyol dan Jerman

Tak hanya Perancis yang memiliki nasib sial, sebagai juara Piala Dunia edisi sebelumnya yang harus tersingkir di babak penyisihan pada Piala Dunia berikutnya. 

Dalam 3 edisi Piala Dunia terakhir, ada 3 juara bertahan yang merasakan pil pahit karena pulang lebih awal dari kejuaraan Piala Dunia 2010, 2014 dan 2018.

Di mulai dari Italia, sebagai juara Piala Dunia 2006, Italia secara mengejutkan tersingkir di babak penyisihan Grup di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Tim asuhan, Marcello Lippi tak mampu melewati hadangan para pesaingnya di Grup F babak penyisihan.

Dilaga awal Italia, hanya mampu bermain imbang lawan Paraguay dengan skor 1-1. Dilaga selanjutnya secara mengejutkan Italia kesulitan mengalahkan tim lemah Selandia baru, Italia dipaksa harus bermain imbang dengan skor 1-1. 

Pada laga penentuan penyisihan terakhir, Italia mengusung misi wajib menang agar bisa lolos ke babak selanjutnya, namun ternyata Italia harus takluk dari Slovakia dengan skor dramatis 2-3.

Dengan hasil-hasil tersebut, Fabio Cannavaro, dkk, hanya menempati posisi juru kunci di bawah Paraguay, Slovakia dan Selandia Baru.

Setelah Italia, giliran Spanyol harus menanggung aib di gelaran Piala Dunia 2014 Brazil. Sebelum Piala Dunia 2014 dimulai, Spanyol dijagokan untuk kembali mempertahankan gelar juara. Spanyol mempunyai prestasi luar biasa yang sulit disamai oleh negara lain.

Spanyol mempunyai rentetan gelar "back to back", yaitu sebagai Juara Piala Eropa 2008, Juara Piala Dunia 2010 dan Juara Piala Eropa 2012.

Bertaburkan skuad bintang, seperti Iker Casillas, Sergio Ramos, Gerard Pique, Jordi Alba, Andres Iniesta, Xavi, Xabi Alonso, Sergio Busquets, Pedro, Cesc Fabregas dan Diego Costa (bintang Chelsea yang saat itu sedang bersinar), namun nyatanya tim asuhan Vicente Del Bosque tak mampu berbuat banyak.

Taktik tiki-taka maupun false nine, ternyata telah usang. Di laga perdana Piala Dunia 2014, Banteng-banteng Matador dipermak habis Belanda dengan skor telak 1-5. 

Mencoba bangkit dilaga kedua, Spanyol malah takluk dari Cili dengan skor 0-2. Dipastikan telah tersingkir difase grup, dilaga terakhir, Spanyol mendapatkan kemenangan hiburan setelah mengalahkan Australia dengan skor 3-0.

Mimpi buruk Italia dan Spanyol ternyata menular ke Jerman. Trio Juara bertahan Piala Dunia harus tersingkir difase grup secara menyakitkan. 

Datang ke Piala Dunia 2018 Rusia, dengan status juara bertahan di Piala Dunia 2014, ternyata tak membuat nasib Jerman lebih baik dari Italia dan Spanyol.

Bermaterikan para pemain bintang seperti, Manuel Neuer, Mats Hummels, Jerome Boateng, Sami Khedira, Toni Kroos, Mesut Ozil, dan Thomas Muller, ternyata tak menjamin skuad asuhan Joachim Low lolos ke babak 16 besar.

Pada laga pembuka, Manuel Neuer dkk, kalah dari Meksiko dengan skor tipis 0-1. Dilaga kedua, Jerman membuka asa untuk melaju ke babak 16 besar, setelah dengan susah payah mampu mengalahkan Swedia dengan skor 2-1. 

Namun sayangnya, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, yang saat itu menangani Korea Selatan di Piala Dunia 2018, mengubur mimpi Jerman untuk melaju ke babak 16 besar. Secara mengejutkan Jerman kalah secara dramatis, dengan 0-2 dari Korea Selatan.

Dari tiga laga babak penyisihan, menempatkan Jerman sebagai juru kunci Grup F. Dan terpaksa, tim asuhan Joachim Low harus mengubur mimpinya untuk melaju jauh di Piala Dunia 2018. Skuad Der Panzer harus pulang lebih awal.

Berkaca dari hasil buruk yang menimpa Italia, Spanyol dan Jerman, Perancis harus berhati-hati dan tidak boleh menganggap remeh lawan di babak penyisihan. 

Jika tidak berhati-hati, Perancis bisa mengikuti jejak Italia, Spanyol dan Jerman, yaitu juara bertahan yang kemudian tersingkir di babak penyisihan.

3. Absennya Paul Pogba dan N'Golo Kante

Sama halnya di Piala Dunia 2002, lini tengah Perancis di Piala Dunia 2022 juga sedang pincang. 

Pada edisi Piala Dunia 2002, Perancis terpaksa membawa Zinedine Zidane dalam kondisi tidak bugar, Zidane terpaksa harus menepi selama dua pertandingan di bangku cadangan karena masih dalam masa pemulihan cedera.

Tanpa Zidane di dua laga awal, membuat Perancis limbung. Dalam posisi di ujung tanduk, Zidane terpaksa dimainkan dilaga penentuan saat bertemu Denmark. 

Dalam kondisi tidak fit, Zidane tak mampu berbuat banyak. Denmark akhirnya mengalahkan Perancis, dan membuat Perancis angkat koper lebih awal dari Piala Dunia 2002.

Absennya Paul Pogba dan N'Golo Kante di Piala Dunia 2022 akibat cedera, sangat berpengaruh bagi lini tengah Perancis. Mobilitas dan kreativitas Paul Pogba dan N'Golo Kante sangat dibutuhkan dalam laga penting seperti Piala Dunia.

Tanpa mengecilkan peran, Aurelien Tchouameni, Eduardo Camavinga dan Adrien Rabiot, di lini tengah Perancis saat ini. Namun ketika kreativitas lini tengah sedang buntu, tak ada pelapis yang sepadan dibangku cadangan saat ini.

Jika tidak mengalami cedera, kehadiran Paul Pogba dan N'Golo Kante sangat penting bagi lini tengah tim Perancis. Peran Pogba dan Kante telah terbukti di Piala Dunia 2018, lini tengah Perancis saat itu sangat dominan, sehingga mampu menghadirkan gelar juara Piala Dunia.

Kemiripan yang terjadi pada situasi Zidane di Piala Dunia 2002 dan Pogba-Kante di Piala Dunia 2022, menjadi sebuah peringatan bagi tim asuhan Didier Deschamps. 

Belum lagi, update kondisi terbaru, salah satu pemain Perancis, Christopher Nkunku juga mengalami cedera di sesi latihan jelang Piala Dunia 2022 dimulai.

Jika tidak berhati-hati dan salah dalam menerapkan taktik-strateginya, Perancis bisa tersingkir lebih cepat di Piala Dunia 2022, karena tak mampu bersaing melawan Australia, Denmark dan Tunisia.

Meskipun ada Karim Benzema, peraih ballon d'or tahun ini dan ada Kylain Mbappe, pemilik gaji tertinggi sekalipun. Semua itu akan jadi sia-sia, jika Perancis miskin taktik seperti pada Piala Dunia 2002. Ini akan jadi PR dan tantangan bagi Didier Deschamps sebagai pelatih saat ini.

Itulah 3 alasan yang bisa membuat Perancis angkat koper lebih awal di Piala Dunia 2022, dan prediksi ini pasti menimbulkan pro dan kontra dikalangan pembaca kompasiana maupun pemerhati sepakbola. Namun, hal itu bisa saja terjadi jika Perancis tidak berhati-hati. Ingat Piala Dunia selalu menghadirkan kejutan disaat dan waktu yang tak pernah diduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun