Mohon tunggu...
Sona Adiansyah
Sona Adiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

IQRO'

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalan Berliku Aktivis Sosial

6 September 2022   22:33 Diperbarui: 9 Februari 2024   22:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berkomentar panjang lebar, intinya fikiran saya mulai mumet mendengarnya. Selanjutnya, “Okelah, mana toanya. Biar, saya yang bawa”. Setelah itu iyapun langsung terdiam.

Suatu hari, kita baru ingin memulai sebuah aksi dan ingin melakukan sebuah orasi. Tetiba, ada tendangan dari belakang, depan, kiri maupun kanan singkatnya kita dihajar satu-persatu. Kemudian, setelah itu saya berlari sekencang-kencangnya menuju pagar sebuah kampus.

Alhasil, nasib berkata lain saya sendiri terjatuh. Endingnya, pukulan demi pukulan menyerobot dengan cepat dalam siklus pengeroyokan. Serta, akibatnya berujung sebuah kemalangan yang hampir saja mematikan.

Pada masa itu, masih terngiang-ngiang dalam ingatan. Berkisar, sekitar berjumlah 10 orang massa tanpa dikenal identitasnya.

Membawa pentungan, balok kayu dan senjata lainnya yang cukup membahayakan. “Dar, dur, dar, dur, dar, dur.”

Dampaknya, tubuh saya pada waktu itu langsung terjerembab ke tanah. Menyisakan, luka memar di kepala dan pelipis pipi kiri maupun kanan mulai membiru di ikuti darah pada saat yang sama mulai mengucur deras.

Alhasil, berselang beberapa jam kemudian saya dilarikan ke kos-kosan oleh seorang kawan. Setelah itu, di bawa ke rumah sakit.

Apa efeknya setelah itu ? Hampir sebulan penuh, saya tidak bisa menjalani aktivitas perkuliahan normal seperti mahasiswa lainnya. Beristirahat panjang di kos, sembari merenungi nasib. Mengapalah, saya bisa seperti ini ? Singkatnya, itu semua pilihan atas resiko yang harus diterima ketika menjadi aktivis sosial.

Selanjutnya, di waktu yang sama kita sempat melaporkan kejadian diskriminatif ini ke Polda DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Namun, fikiran tetap saja ingin berasumsi perbesar hati nurani dan kebaikan.

Menimbang dan mengingat pelaku pemukulan memiliki anak maupun istri alias keluarganya. Pada akhirnya, kami bersepakat mengurungkan niatnya menuntut keadilan atas kejadian diskriminatif tersebut.

Melalui, menarik kembali laporan BAP yang diadukan di Polda DIY. Pertimbangannya, berdamai itu lebih baik nan indah. Asalkan, apapun jenis suara aspirasi jangan di bungkam. Serta, bila pola-fikir kritis berkeluh-kesah ? Sekiranya, segera di dengar dan dipertimbangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun