Mohon tunggu...
Sona Adiansyah
Sona Adiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

IQRO'

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalan Berliku Aktivis Sosial

6 September 2022   22:33 Diperbarui: 9 Februari 2024   22:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya, bernuansa serius. Akan tetapi, setelah itu. “Hahahahahahahaha, kamu nih malu-maluin orang Pulau Burung son.” Serta, berikutnya dengan perilaku sama. “Hahahahahahahaha, sekarang begini saja deh. Coba, kamu cari lagi conveyor yang bergerak mirip dengan conveyor kamu lihat sebelumnya.”

Singkat cerita, sayapun berusaha mencari tas ransel itu. Akhirnya, sesuai prediksi tas ranselnya tidak hilang. Akan tetapi, betapa bodohnya aku alias orang kampung baru pertama naik pesawat. Iya, begitu sungguh terlalu.

Saya pertegas, tas ranselnya tidak hilang. Akan tetapi, orang yang bawa tas ranselnya yang memang berwatak stupid alias oon.

Suasana, hujan gerimis tepatnya di Jalan Timoho Yogyakarta. Sembari, berjalan linglung sebagai mahasiswa baru. Tentu, perihal yang paling utama di cari yaitu sebuah kos.

Sebut, saja mas Joko mahasiswa fakultas tekhnik mesin. Serta, sekaligus senior saya di sebuah kampus.

Beliau orang yang pertama kali memperkenalkan saya, terhadap salah-satu komunitas gerakan mahasiswa. Karena tanpa di sadari oleh saya sebelumnya, kost-kostan yang baru saja di tempati ternyata merupakan sebuah kontrakan berbasis sekre.

Yakni, sekre atau biasa di sebut wadah organisasi kemahasiswaan yang berbasis dunia gerakan dalam berkumpul dan melaksanakan aktivitas.

Alhasil, disana pertama kali saya menempa diri. Pada akhirnya, bisa berproses dari semester 1 (satu) sampai bisa lulus di wisuda.

Selama, beraktivitas sebagai aktivis mahasiswa rasa pahit maupun manis. Sekiranya, diantara semua telah menjadi benalu dalam diri.

Suatu pagi, tatkala detik-detik ingin baru melakukan aksi demontrasi. Dayoma, “Son, kamu bawa toa ini iya ?,” Jawabku; “Perutku, lapar Aish”. Jawabnya; “Heleh, alasannya saja itu.” Jawabku lagi; “Beneran aish, perutku lapar sekali ini. Hahahahahahahahaha,”

 Singkat cerita, ungkapannya; “Ah, kamu baru gitu aja udah merasa lapar. Noh, jutaan rakyat di pinggiran sana banyak yang kelaparan. Bahkan, tidak memiliki tanah, rumah, pekerjaan dan hidupnya luntang-lantung dalam jurang kemiskinan. Apapun, alasannya kamu tidak boleh begitu. Kamu itu mahasiswa, kelak peranmu akan di pertanggung-jawabkan di hadapan jutaan rakyat Indonesia.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun