Mohon tunggu...
solihin Ardy
solihin Ardy Mohon Tunggu... pegawai negeri -

guru SLB

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebait  Syair untuk Tuhan

13 Oktober 2015   22:42 Diperbarui: 13 Oktober 2015   22:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

malam baru saja menyelinap

di antara ranting pepohonan dan dedaun rimbun

bulan masih sangat tipis

ngeredup tubuhku yang  gemelegut.

 

aku  merajut  sunyi di bilik malam

memeras  peluh  yang bersejajar dengan angin

memenuh wajah

aku  sempat terisak, perlahan  

 

barisan doa yang menerobos langit

menghampiriku-kembali  

mengerat tubuhku

yang lusuh.

 

aku hanya menyimak hempasan asap

yang meraung

ada butir-butir takbir terlempar  di secangkir kopi

ketika asap saling berhempasan

kami menghampar harap agar  malam lebaran menyisakan kupat.

 

kau datang lalu meramaikan sunyi

sehingga ruangan menjadi sesak oleh hening

mataku masih terpejam mengoyak kabut

hingga kutemukan tanah lapang

tak tampak kehidupan di perbatasan  mataku

hanya kelebat buram  yang mengendap.

 

 

ketika jiwaku direngkuh embun

kau masih menghisap rempah tembakau

padahal aku tak habis-habis meniris keringat

mencumbu gelap yang tak lekas temerang

sesekali  tubuhku merekat  pada angin yang lembut berhembus

mengembara.

 

surau ini mirip pesanggrahan para wali

sawah membentang di sisi kanan

cendana berbaris di sisi kiri

petuahmu  ditangkap  angin yang  sempat singgah

kepul  asap tembakau  merubung ruang

memenuh kursi-kursi kosong

tempat kami melipat kaki.

 

kau menyeruput kopi lalu terdiam

hening mencengkeram hati-hati kami

senyum  yang biasa kau sembunyikan

sempat kau lempar  melalui mantra-mantra

sehingga mengena tubuh-tubuh yang meruntuh.

 

malam terus berzikir

membumbung  membelah langit

 

kau bercerita tentang ruh saat merangkak tujuh hari

lalu terjun tujuh malam

di hamparan, cahaya itu melibas pekat

jutaan mahluk  menatap mu.

 

Ia tersenyum pada hatimu

mengulurkan tangan

menghujam seuntai kitab suci

lalu gemerlap pecah , lenyap

 

kini fajar  merunduk

meraih pesanmu

untuk mengirim bait-bait  syair kepada Tuhan.

 

Metro, 26  mei  2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun