Â
kau menyeruput kopi lalu terdiam
hening mencengkeram hati-hati kami
senyum yang biasa kau sembunyikan
sempat kau lempar melalui mantra-mantra
sehingga mengena tubuh-tubuh yang meruntuh.
Â
malam terus berzikir
membumbung membelah langit
Â
kau bercerita tentang ruh saat merangkak tujuh hari
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!