1. Individualisme dan Hedonisme
Budaya K-Pop seringkali menampilkan citra individualisme dan hedonisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hal ini dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku para penggemar K-Pop, terutama generasi muda, yang mungkin tergoda untuk mengikuti gaya hidup yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
2. Penampilan dan Gaya Hidup
Gaya berpakaian dan penampilan para idola K-Pop yang seringkali sensual dan terbuka dapat memicu rasa iri dan ingin meniru pada para penggemarnya. Hal ini dapat mendorong mereka untuk mengabaikan nilai-nilai kesopanan dan kesederhanaan yang diajarkan dalam Islam.
3. Konten Negatif
Beberapa konten K-Pop, seperti musik dan video musik, dapat mengandung unsur-unsur negatif seperti kekerasan, pornografi, dan ajakan untuk melakukan perbuatan tercela. Hal ini dapat membahayakan moral dan akhlak para penggemar, terutama anak-anak dan remaja.
4. Fanatisme Berlebihan
Fanatisme berlebihan terhadap idola K-Pop dapat menjerumuskan para penggemarnya ke dalam perilaku yang tidak sehat, seperti menghabiskan waktu dan uang berlebihan untuk membeli merchandise, mengikuti fan meeting secara berlebihan, bahkan sampai mengabaikan kewajiban agama dan tanggung jawab sosial.
    Dengan tantangan tersebut, dakwah di era modern yang sudah bercampur budaya K-pop bukanlah tugas yang mudah. Maka dari itu dibutuhkan solusi untuk menngani permasalahan tersebut. Berikut adalah problem solving yang bisa dilakukan.
Problem Solving Dakwah Ditengah Permasalahan Budaya K-pop
Menurut Pendapat Ustadz Nur Maulana (2019) menyukai K-Pop boleh saja sepanjang tidak melanggar syari'at islam dan mengambil sisi positif dari idol K-Pop yang disukai. Contohnya penggemar dapat menjadikan idol sebagai sumber inspirasi dan motivasi untuk selalu bekerja keras dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita, dapat meniru hal-hal positif dari idol, termotivasi untuk menambah pengetahuan mereka dengan belajar bahasa asing, dapat menambah wawasan baru yang dimiliki negara Korea Selatan.