Mohon tunggu...
Sofia Lestari
Sofia Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia

Pencinta Sastra

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menguak Rahasia Peran Lingkungan dalam Pembentukan Identitas dan Kesejahteraan Psikologis

2 Juni 2024   13:04 Diperbarui: 2 Juni 2024   13:16 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh : Sofia Lestari

Vera Sardila


Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Abstrak: Artikel ini membahas peran lingkungan dalam membentuk kepercayaan diri yang kokoh. Lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, dan sosial memiliki dampak signifikan pada perkembangan kepercayaan diri individu. Pola asuh yang mendukung, interaksi dengan teman sebaya dan guru, serta dukungan dari lingkungan belajar dan komunitas, semuanya memainkan peran penting dalam membentuk fondasi kepercayaan diri. Faktor-faktor seperti ekspresi diri, pengaruh orang tua, dan lingkungan pertemanan juga turut berkontribusi dalam membentuk identitas dan kesejahteraan psikologis seseorang. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara individu dan lingkungannya, kita dapat mengidentifikasi strategi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan perkembangan kepercayaan diri yang positif.

Kata Kunci: Kepercayaan diri, lingkungan, pola asuh, interaksi sosial, pengaruh lingkungan.

Pendahuluan

Kepercayaan diri adalah kunci keberhasilan dalam kehidupan. Namun, kepercayaan diri bukanlah hal yang dapat diperoleh secara instan; itu adalah produk dari interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal, dengan lingkungan memainkan peran sentral dalam pembentukannya. Lingkungan, baik itu di rumah, di sekolah, di tempat kerja, atau dalam komunitas, memiliki dampak yang signifikan pada bagaimana kita melihat dan merasa tentang diri kita sendiri.

Lingkungan keluarga merupakan fondasi pertama dalam pembentukan kepercayaan diri. Pola asuh yang mendukung, penuh kasih, dan memberikan otonomi kepada anak-anak cenderung memperkuat kepercayaan diri mereka. Sebaliknya, lingkungan keluarga yang penuh dengan kritik atau bahkan kekerasan dapat merusak dan menghambat perkembangan kepercayaan diri anak-anak.

Di lingkungan sekolah, interaksi dengan teman sebaya dan guru, dukungan dari lingkungan belajar, serta kesempatan untuk mencapai kesuksesan akademik dan non-akademik juga memainkan peran penting dalam membentuk kepercayaan diri siswa. Begitu juga di tempat kerja, di mana lingkungan yang mendukung, memberikan umpan balik konstruktif, dan memberikan kesempatan untuk berkembang secara profesional cenderung meningkatkan kepercayaan diri karyawan.

Selain itu, lingkungan sosial yang lebih luas, seperti media sosial dan komunitas tempat individu terlibat, juga memiliki dampak yang signifikan pada kepercayaan diri mereka. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar yang ditampilkan di media sosial dapat merusak kepercayaan diri seseorang. Namun, dukungan dari komunitas yang inklusif dan penerima, serta kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan yang membangun, dapat meningkatkan rasa percaya diri individu.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih lanjut peran yang dimainkan oleh lingkungan dalam membentuk kepercayaan diri yang kokoh. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara individu dan lingkungannya, kita dapat mengidentifikasi strategi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan perkembangan kepercayaan diri yang positif.

Pembahasan:.

Menurut Maharani (2019:19) Ekspresi diri adalah kebebasan untuk mengekspresikan diri, kebutuhan perasaan (termasuk kemarahan), dan sifat-sifat alami Individu. Ekspresi diri mengisyaratkan keyakinan bahwa kebutuhan individu sama dengan kebutuhan orang lain. Individu bebas bertindak spontan tanpa banyak larangan. Individu merasa bebas mengejar dan membuat individu bahagia. Ekspresi diri mulai distimulasi dari masa kecil. Semua dorongan dan niat ini dibangun secara alami. Artinya, kita dimotivasi untuk mengekspresikan emosi sedih, marah, bermain, bercanda, tidak malu-malu, penuh antusias, dan lain- lain.

Ekspresi diri adalah salah satu bentuk komunikasi seseorang kepada Lingkungannya bahwa ada kebutuhan yang perlu dipenuhi. Persoalan yang seringkali muncul adalah seorang individu yang tumbuh pada masa kecilnya yang selalu membatasi ekspresi diri, dibuat tidak berdaya oleh orang tua dan lingkungan. Maka, sudah barang tentu ekspresi diri akan mengalami gangguan dalam perjalanan mengisi kehidupannya.
Menurut Sundari (2005) yang dikutip seperti yang dikutip dalam Diwyarthi (2022:62) Emosi akan terlihat sebagai perilaku yang sesuai dengan cara Yang telah dipelajari dari masyarakat. Pengalaman hidup seseorang Akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kematangan emosinya. Seseorang yang memiliki pengalaman hidup positif tentunya akan Memiliki perkembangan dan kematangan emosi yang berbeda dengan Seseorang yang mengalami sedikit pengalaman positif.

Perkembangan emosi juga dipengaruhi oleh situasi-situasi yang. Menjadi sumber emosi. Misalnya seorang anak yang ditakut-takuti Gelap, maka anak akan takut tempat gelap. Sikap pada seseorang Setelah beberapa waktu dapat menetap dan sukar untuk di ubah lagi Dan akan menjadi prasangka. Kemudian prasangka ini akan besar pengaruhnya terhadap tingkah laku. Sikap yang disertai emosi Berlebihan disebut kompleks. Misalnya kompleks rendah diri, yaitu Sikap negative terhadap diri sendiri yang disertai rasa malu, takut, tidak Berdaya, segan bertemu orang lain dan sebagainya (Walgito. B, 2010) yang dikutip dalam buku  Emosi Diwyarthi (2022:62) akan menjadi semakin kuat apabila diberi penguatan.

Melalui ekspresi fisik (Wedge, 1995) yang dikutip dalam Diwyarthi (2022:62)  misalnya ketika seseorang sedang bahagia, maka ekspresi yang terlihat adalah tertawa atau tersenyum, dan mata yang berbinar-binar.

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu, karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Karena itulah peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,baik itu secara langsung maupun tidak langsung (Nuroniyah, 2023:12). Keluarga berperan memberikan Kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga,serta memberikan identitas keluarga (Nuroniyah 2023:14).

Keluarga adalah fondasi utama dalam membentuk individu, termasuk kepercayaan diri mereka. Dalam sebuah keluarga yang harmonis, interaksi antaranggota keluarga memainkan peran kunci dalam membentuk, memperkuat, dan mengembangkan kepercayaan diri anggota keluarga tersebut. Konsep ini menjelaskan bagaimana dinamika keluarga yang sehat dapat menjadi katalisator bagi perkembangan kepercayaan diri individu.

Menurut Sukitman et al. (2017:8) ada hal yang menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri karena pengaruh orang tua.

1)Memberi Julukan Negatif pada Anak
Misalnya, ketika anak sering tersandung atau suka menjatuhkan barang, orang tua memberi julukan “si anak ceroboh”.

2)Selalu Berprasangka Negatif pada Anak
Misalnya, ketika anak akan mencoba kegiatan baru,orang tua langsung meragukan kemampuannya. “Masa
Sih kamu bisa?”.

3)Banyak Melarang Anak
Melarang anak untuk melakukan kegiatan
Karena terlalu khawatir.

4)Bereaksi Berlebihan Ketika Anak Salah
Reaksi marah atau panik yang membuat
Anak jadi takut mencoba lagi.

5)Memaksa Anak Melakukan Sesuatu di Luar Kemampuannya Misalnya anak usia 5 tahun dipaksa Untuk dapat duduk dan belajar Selama 2 jam.

6)Tidak Memberikan Anak Peranan
Dan Tanggung Jawab di Rumah Anak selalu dibantu untuk melakukan Pekerjaan rumah karena orang tua tidak Yakin akan kemampuannya.

7)Hubungan Orang Tua dan Anak
 yang Kurang Menyenangkan Misalnya jarang ngobrol dan Bermain bersama anak.

Pengaruh lingkungan pertemanan terhadap kepercayaan diri seseorang juga memiliki implikasi yang kompleks dan mendalam dalam pembentukan identitas dan kesejahteraan psikologis individu. Lingkungan pertemanan yang positif, yang terdiri dari teman-teman yang mendukung, memahami, dan memperkuat kepercayaan diri individu, dapat menjadi landasan penting bagi perkembangan pribadi yang sehat. Dalam lingkungan tersebut, individu merasa didukung, diterima, dan dihargai, yang pada gilirannya meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan akan kemampuannya untuk mengatasi tantangan.

Temuan dalam psikologi menunjukkan bahwa individu cenderung menyerap energi dan sikap dari lingkungan sosial mereka. Oleh karena itu, ketika seseorang dikelilingi oleh teman-teman yang optimis, penuh semangat, dan percaya diri, hal ini cenderung mempengaruhi persepsi diri mereka secara positif. Mereka mungkin merasa lebih mampu menghadapi rintangan dan meraih tujuan mereka.

Di sisi lain, lingkungan pertemanan yang negatif, yang dipenuhi dengan kritik, tekanan sosial, atau bahkan perilaku toksik, dapat menghambat perkembangan kepercayaan diri seseorang. Ketika individu dikelilingi oleh teman-teman yang meremehkan, mengejek, atau membanding-bandingkan mereka dengan orang lain, hal ini dapat merusak citra diri dan memicu keraguan diri.

Selain itu, pola interaksi dalam lingkungan pertemanan juga dapat memengaruhi cara individu memandang diri mereka sendiri. Misalnya, jika seseorang seringkali diposisikan sebagai pemimpin atau kontributor berharga dalam lingkungan pertemanan mereka, hal ini dapat memperkuat rasa kompetensi dan otoritas pribadi. Sebaliknya, jika seseorang sering diabaikan atau diremehkan dalam interaksi sosial, hal ini dapat mengurangi kepercayaan diri mereka.

Penting untuk diingat bahwa pengaruh lingkungan pertemanan tidak selalu bersifat langsung atau seketika. Perkembangan kepercayaan diri adalah proses yang berkelanjutan dan kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman individu, kondisi sosial, dan faktor genetik. Namun demikian, lingkungan pertemanan yang positif dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat kepercayaan diri seseorang dan membentuk landasan yang kokoh bagi kesejahteraan psikologis mereka.

Menurut Firdaus (2021:1), kita perlu menghindari lingkungan yang toxic untuk kesehatan mental. Ada beberapa hal yang dapat dihindari terhadap lingkungan toxic ini antara lain:

a)Menghindari perbincangan negatif , tidak semua orang akan paham tentang persoalan ini, sebab mereka terkadang tidak sadar akan ucapan yang Mereka lontarkan itu membuat kesehatan mental seseorang terganggu.

b)Tahu mana yang baik dan mana yang buruk , hal ini pasti tidak asing untuk semuanya, sebab kapasitas tiap individu pasti berbeda.

c)membuat batasan , ketika kita sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk dari sini akan dengan sendirinya membuat batasan dengan seseorang yang akan membuat kita merasakan lingkungan yang buruk ini.

d) Mencari teman yang membawa hal positif , disini dalam artian kita harus tetap untuk mencari pergaulan yang baru dan harus lebih positif.

e)Berpegang teguh pada prinsip yang sudah dibangun , ketika semua cara sudah kita lakukan hal inilah yang harus diperkuat agar kita tidak terjerumus lagi terhadap lingkungan toxic .

Menurut Maharani (2019:7) Setiap individu memiliki karakteristik dan corak kepribadiannya masing-masing. Corak ini yang selalu mewarnai setiap langkahnya untuk senantiasa memiliki hasrat dalam hidup dan kehidupannya.

Mengatasi rasa takut terkait kepercayaan diri dan memulai proses membangunnya memerlukan langkah-langkah bertahap. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi rasa takut dan memulai proses membangun kepercayaan diri:

1. Kenali dan Terima Rasa Takut, rasa takut adalah bagian normal dari pengalaman manusia. Jangan menekan atau mengabaikan perasaan takut, tetapi berusaha untuk memahaminya.

2. Tantang Pikiran Negatif, Tantang pikiran-pikiran tersebut dengan menggantinya dengan pemikiran yang lebih positif dan membangun. Jangan terlalu sibuk memikirkan respon dari orang sekitar tentang apa yang ingin anda lakukan.

3. Mulailah dengan Langkah Kecil dan realistis untuk membangun kepercayaan diri Anda. Tentukan tujuan yang dapat dicapai dan mulailah dari sana. Progres bertahap akan membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kepercayaan diri.

4. Praktikkan Self-Compassion, Beri diri Anda pengertian dan kasih sayang saat Anda merasa takut atau tidak yakin tentang diri sendiri. Perlakukan diri Anda seperti teman yang sedang mengalami kesulitan, bukan musuh yang harus dikritik.

5. Temukan orang-orang di sekitar Anda yang dapat memberikan dukungan dan dorongan saat Anda merasa takut atau ragu. Dukungan dari teman, keluarga, atau bahkan profesional dapat membantu Anda merasa lebih aman untuk memulai proses membangun kepercayaan diri.

6. Tantang diri anda untuk melangkah keluar dari zona kenyamanan Anda secara teratur. Lakukan hal-hal yang membuat Anda merasa sedikit tidak nyaman, tetapi masih dapat dicapai. Melalui pengalaman baru, Anda akan melihat bahwa Anda lebih kuat dan lebih mampu daripada yang Anda duga.

7. Eksplorasi dan Pembelajaran jangan ragu untuk mencoba hal-hal baru dan menjelajahi minat atau kegiatan yang menarik bagi Anda. Belajar hal-hal baru dan mengembangkan keterampilan dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri Anda.

Ingatlah bahwa membangun kepercayaan diri adalah perjalanan yang berkelanjutan. Bersabarlah dengan diri sendiri dan jangan terlalu keras pada diri sendiri jika ada hambatan atau kegagalan di sepanjang jalan. yang penting adalah Anda terus berusaha dan tetap percaya pada kemampuan dan nilai diri Anda.

Penutup:

Dalam upaya membangun kepercayaan diri yang kokoh, penting untuk menyadari peran yang dimainkan oleh lingkungan dalam membentuk identitas dan kesejahteraan psikologis seseorang. Lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, dan sosial semua memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk fondasi kepercayaan diri individu. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang pengaruh lingkungan dan langkah-langkah yang terstruktur untuk mengatasi rasa takut, individu dapat memulai perjalanan menuju kepercayaan diri yang positif dan kokoh.

Daftar Pustaka

Diwyarthi, Ni Desak Made Santi, et al. (2022) Psikologi Umum. Sumatera Barat: PT Global Eksekutif Teknologi

Firdaus, Annisa, dkk. (2021). Berdamai dengan Diri Sendiri. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Maharani, Laila. (2019). Love Your Self. Surabaya: Pustaka Media Guru

Nuroniyah Wardah. (2023). Psikologi Keluarga, Cirebon : CV. Zenius Publisher

Sukiman & Palupi Raraswati, Agus M. Solihin, Suradi dan lainnya. (2017). Membantu Anak Percaya Diri. Cetakan Pertama. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun