"Lebih besar mana...dua ribu atau lima ribu?"cecar sang ibunda.
"Belakangnya sama-sama ada tiga angka nol. Berarti yang diperhitungkan tinggal angka depan, yaitu dua dan lima. Lima itu lebih besar dari dua, maka lima ribu lebih besar dari dua ribu."
Miska langsung mencium pipi mungil Uvi yang harum. "Anak Mama memang pintar. Sekarang ayo kalian masukkan uang kertasnya ke dalam celengan, dilipat-lipat sampai kecil dulu."
Kedua bocah itu mematuhi perkataan ibu mereka. Senang sekali rasanya bisa memasukkan uang kertas untuk pertama kalinya ke dalam celengan.
"Kalau celengannya sudah penuh, uangnya dibelikan apa, Ma?" tanya Eci ingin tahu.
"Terserah Kakak dan Adik mau beli apa. Yang penting kalian sudah merasakan bahwa proses mengumpulkan uang itu tidak mudah, butuh keuletan dan kesabaran. Jadi kita tidak boleh bersikap boros, menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu," kata Miska menasihati.
Anak-anak tercintanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Eci segera beranjak melongok ke jendela.
"Horeee..., Papa sudah pulang!" teriaknya kegirangan. Uvi pun tak kalah semangatnya. Ia bergegas menggandeng tangan adiknya untuk menyambut kedatangan ayah mereka dari luar kota.. Miska segera membuatkan teh tawar hangat kesukaan suaminya sambil memikirkan ide-ide baru yang bisa merangsang anak-anaknya belajar secara santai dan mengasyikkan seperti tadi.
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H