Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Serpihan Senyummu yang Hilang

26 Oktober 2024   01:53 Diperbarui: 26 Oktober 2024   02:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layar 4: Perubahan yang Menghancurkan

Fadil menatap Sinta yang baru duduk di depannya. Suasana di warung bakso langganan mereka terasa berbeda malam itu.

Fadil sudah hampir 35 menit di situ  saat Sinta bingung mencari lokasi untuk parkir mobil barunya..

"Maaf, Fad, aku sudah berangkat lebih awal  tapi jalanan begitu macet, .." Sinta tersenyum tipis, tanpa mengulurkan tangan.

Sikapnya, tak biasa. Itu yang dirasa Fadil.

Udara di antara mereka dingin, dan Sinta kini tampak gelisah.

"Aku ingin kita bicara, Fadil" kata Sinta, suaranya pelan tapi tegas. Kalimat  dan nada itu terasa aneh ditelinga Fadil.

"Ada apa, Sin?" Fadil menatapnya dengan penuh tanya.

"Aku... aku bertemu seseorang. Maaf yaa, ... Dia... dia bisa memberikan apa yang selama ini tidak bisa kamu berikan. Aku butuh lebih, Fad ...  Aku butuh seseorang yang bisa memberikan masa depan yang pasti, yang bisa memenuhi keinginan hidupku," ucap Sinta dengan terbata. Matanya merah dan berlinang.

Fadil terdiam. Dunia seakan berhenti berputar. Janji-janji yang pernah mereka buat, pujian-pujian yang dulu begitu tulus, kini terasa hampa.

"Jadi semua yang kita rencanakan, semua janji itu... tidak berarti lagi bagimu?" tanyanya dengan suara yang hampir tak terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun