Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkampungan Mayat

14 Mei 2012   19:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337024591115732256

Sebuah tendangan jarak dekat hinggap di pinggang Langga. Ia terhempas ke atas meja yang dipenuhi dengan makanan. Tepat menghantam piring berisi bandeng bakar. Pendekar itu cukup lihai, daripada pikirkan balasan pada pria bertubuh gempal yang memang sudah perlihatkan nafsu menghabisinya, ia justru terpikir habiskan ikan itu sebelum lawannya lanjutkan nafsu membunuhnya.

Cap!

Nyam!

Dengan beberapa gigitan saja, ikan itu sudah dilahapnya. Perutnya sudah terasa lebih berisi.

Grooook!

Suara perutnya terdengar. Pertanda cacing-cacing di dalam ikut berpesta. Ia hanya menunggu kesempatan untuk perutnya untuk terisi angin. Ia butuh buang angin, agar semua kesaktiannya kembali. Tidak. Ia harus biarkan Ajian Daya Dewata bekerja. Ia lupakan keinginan untuk andalkan kekuatannya sendiri.

Kaki besar Muka Iblis hinggap di wajahnya. Langga kembali terjerembab. Tidak bisa bersuara. "Tidak. Aku tidak bisa menunggu!"

Prrrrtttttt Rrrrrttttttt!

Sesuatu terdengar cukup keras memenuhi ruangan itu. Ia menguji kekuatan ajian dari gurunya. Ajian yang membuat ia digelari Kentut Naga. Sama sekali tidak membawa pengaruh apa-apa pada lawannya. Muka Iblis masih berdiri dengan tegak tidak jauh dari tempat ia baru saja menungging, buang angin.

Tidak demikian dengan Bulujarang. Lelaki berbulu jarang-jarang itu mendadak matanya terbeliak. Darah mengucur dari kupingnya, ingus muncrat dari hidungnya. Ia mengerang. Tak lama, ia meregang nyawa!

Melihat itu, segera Muka Iblis mengayunkan Tendangan Neraka ke wajah Langga. Kabut merah menyertai ayunan lelaki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun