Sebuah tendangan jarak dekat hinggap di pinggang Langga. Ia terhempas ke atas meja yang dipenuhi dengan makanan. Tepat menghantam piring berisi bandeng bakar. Pendekar itu cukup lihai, daripada pikirkan balasan pada pria bertubuh gempal yang memang sudah perlihatkan nafsu menghabisinya, ia justru terpikir habiskan ikan itu sebelum lawannya lanjutkan nafsu membunuhnya.
Cap!
Nyam!
Dengan beberapa gigitan saja, ikan itu sudah dilahapnya. Perutnya sudah terasa lebih berisi.
Grooook!
Suara perutnya terdengar. Pertanda cacing-cacing di dalam ikut berpesta. Ia hanya menunggu kesempatan untuk perutnya untuk terisi angin. Ia butuh buang angin, agar semua kesaktiannya kembali. Tidak. Ia harus biarkan Ajian Daya Dewata bekerja. Ia lupakan keinginan untuk andalkan kekuatannya sendiri.
Kaki besar Muka Iblis hinggap di wajahnya. Langga kembali terjerembab. Tidak bisa bersuara. "Tidak. Aku tidak bisa menunggu!"
Prrrrtttttt Rrrrrttttttt!
Sesuatu terdengar cukup keras memenuhi ruangan itu. Ia menguji kekuatan ajian dari gurunya. Ajian yang membuat ia digelari Kentut Naga. Sama sekali tidak membawa pengaruh apa-apa pada lawannya. Muka Iblis masih berdiri dengan tegak tidak jauh dari tempat ia baru saja menungging, buang angin.
Tidak demikian dengan Bulujarang. Lelaki berbulu jarang-jarang itu mendadak matanya terbeliak. Darah mengucur dari kupingnya, ingus muncrat dari hidungnya. Ia mengerang. Tak lama, ia meregang nyawa!
Melihat itu, segera Muka Iblis mengayunkan Tendangan Neraka ke wajah Langga. Kabut merah menyertai ayunan lelaki itu.