Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkampungan Mayat

14 Mei 2012   19:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337024591115732256

"Eh, kita tidak perlu kenalan. Katakan saja, kisanak, apa yang kauinginkan dariku?"

Lelaki tak dikenal itu sudah mulai terpikir untuk membunuh anak muda itu. Tapi... ia teringat titah Prabu Muka Iblis yang memintanya meringkus lelaki pertama yang tiba di perkampungan kutukan itu. Prabu durja itu inginkan tawanannya hidup-hidup. Ia sendiri yang menginginkan untuk menguliti sang tawanan. Jika ia menentang titah itu, sudah pasti, ia sendiri yang harus disembelih.

"Berlutut!" perintah lelaki itu. Ia merasa lawannya tidak akan berani membantah. Meski, ia sempat ragu, jangan-jangan yang sedang ia temui ini hanya orang gila yang kebetulan lewat. Tidak. Pukulan-pukulan yang ia berikan tadi hanya membuat anak muda itu terjajar dan terjerembab. Jika ia tidak punya apa-apa, pasti anak muda sudah mati. Bulujarang, lelaki yang juga tangan kanan Prabu Muka Iblis itu membatin sendiri.

Melihat orang yang diperintahkan berlutut tersebut mengikuti perintahnya. Tak urung membuat Bulujarang bernafas lega."Hahaha, ya, kau harus menjadi anak penurut. Jika tidak ingin kulepaskan kepalamu dari badan!"

Dengan cepat, tangan Bulujarang yang memang berbulu jarang-jarang itu menarik kerah pakaian Langga. Melentingkan badannya, menembus pekat malam. Sebuah rumah besar berpagar menjadi tujuan. Penjaga pintu depan, lima orang lelaki paruh baya berbadan kekar yang semuanya memiliki kumis yang lebih lebat dari rambut, membiarkan Bulujarang masuk tanpa memeriksa. Kening mereka mengernyit saja, kenapa yang ditawan malah lelaki muda? Apakah Sang Paduka sudah mengalami kelainan? Jelas itu tidak mereka tanyakan, sebab bisa membuat mereka berada di alam lain.

"Jika tadi kaulawan orang yang tidak ada apa-apa ini, kau tidak akan bisa secepat ini menemukan iblis yang menghuni tempat ini. Ia manusia, tetapi lebih kejam dari iblis. Ia nanti yang harus kautaklukkan, Langga!" suara itu kembali hinggapi kuping Pendekar Kentut Naga.

"Silakan masuk!" penjaga ruang utama persilakan Bulujarang masuk membawa tawanan, seorang anak muda bertampang gagah tetapi juga tidak menutupi gurat-gurat keluguannya.

"Anak muda, kau tak usah pura-pura tidak bertenaga. Tidak perlu pura-pura kau tak tahu apa-apa. Aku cukup tahu siapa dirimu. Kau murid Matanaga bukan? Kemarilah, aku ingin mengajak kau makan malam bersamaku sebelum aku menguliti tubuhmu. Dewata pun akan kubuat tidak punya kuasa untuk membantumu. Para ahli nujum yang katakan bahwa kau yang mampu membuat kutukanku hilang kekuatan, akan kubuat tidak percaya pada ramalan mereka. Ha ha ha ha."

Bulujarang menarik Langga yang sedang merasakan pikirannya seperti tidak mampu bekerja.

Tepat di sisi kaki Muka Iblis, Sang Pendekar Kentut Naga dihempaskan oleh tangan kanan penebar kutukan kematian itu."Jangan resah, Ajian Daya Dewata sedang bekerja. Kekuatanmu sendiri akan hilang. Tenaga Dewata yang akan mengisi tubuhmu!" suara itu kembali hinggapi telinga Kentut Naga.

Tangan Muka Iblis yang memiliki besar nyaris sebesar paha pendekar muda itu menjambak rambut Kentut Naga. Tak ayal, muka sang pendekar mendadak menjadi mirip sapi yang ingin buang air besar."Ha ha ha, pendekar muda yang bermuka tolol seperti ini, bagaimana bisa melawanku???"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun