...?
Setelah Renda membaca sampai akhir. Akukeluar dari ujung jarinya. Seketika aku terduduk dengan kepala lunglaisambil memeluk kedua kakiku. Gema SuaraRenda semakin hilang ditelan kegelapan ruang. Hanya bisikan tangisanku mewarnairuangan ini. Subhanallah...
Entah berapa lama aku duduk terpekur takpaham dengan apa yang terjadi.
“ YaIkhwan. Ta’al! [1]” apa lagi ini? Kutolehkan wajahku. Gelap. kelam menyelimutiruang.
Dengan kepala menunduk aku berjalan mendekati sumber suara itu. Ku lap mataku dengan baju lenganku. “kelg”senter lampu kecil ditanganku ku nyalakan kembali. Lukisan besar Gus Mus dengan songko’ hitam dan baju takwa menatap keatasseperti ada sesutu yang menjadi perhatiannya. Mengikuti asap rokoknya yangmengepul ke awang-awang.
“Bukankahhari ini kamu ingin bertemu denganku? Dan ingin bisa seperti aku?” Ucapnya tanpa mengalihkan pendangannyakepadaku.
“Apakahsukmaku harus masuk jua seperti kejadian dengan Sang Burung Merak barusan?”Tanyaku.
“Akuakan tuntun seperti apa yang terjadi di Gua Hira’ saat malaikat jibril pada NabiMuhammad. ini terimalah!” ia menjulurkan kertas yang ada torehan tintanya kehadapanku. “Ingat! tirukan apa kataku saat huruf telakhir telah lepas daribibirku”
“Na’am”[2] jawabkupendek menganggukkan kepalaku kebawah.
KALAU KAU SIBUK KAPAN KAUSEMPAT
Kalau kau sibuk berteori saja