Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hardiknas Ke-65, "Melanjutkan Merdeka Belajar?"

2 Mei 2024   09:19 Diperbarui: 2 Mei 2024   09:54 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhirnya, di peringatan Hardikanas ke-65 ini, saya sebut mudah sekali membuat tema "lanjutan merdeka belajar", tetapi gurunya masih tetap dengan pola dan paradigma lama.

Ujungnya, bisa jadi, Kurikulum Merdeka hanya sekadar pergeseran nama saja. Proses belajar mengajar di kelas-kelas tetap sama. Tidak ada perubahan berarti. Ketika pola pikir guru tetap tidak berubah.

Sejatinya, guru-guru tentu  memahami maksud dan tujuan Kurikulum Merdeka, namun karena keterbatasan kompetensinya, akan terus sulit mengaplikasikannya, melanjutkan merdeka belajar.

Yakinkah pembelajaran yang bermutu dan bermakna akan tersaji di kelas. Kebutuhan belajar peserta didik yang beragam akan terpenuhi. Kodrat, minat, dan bakat anak akan bertumbuh dengan baik. Peserta didik akan gembira dengan merdeka belajar tanpa merasa takut dan tertekan? 

Para guru akan mampu mengembangkan kurikulum sesuai satuan pendidikan, karakterisktik, dan kebutuhan sekolah dan peserta didik sebagai terjemahan dari Kurikulum Merdeka? Akan mampu menyusun modul ajarnya sendiri, dapat memberikan asesmen yang benar dan baik untuk memetakan kemampuan siswa sebagai dasar untuk perbaikan pada pembelajaran selanjutnya?

Apakah guru tidak lagi terkendala untuk menugasi siswa dengan proyek-proyek berkualitas yang merangsang siswa untuk belajar dan terdidik?

Fortadik 7 catatan kritis pendidikan

Sebelum menutup artikel tentang Hardiknas ke-65, saya perlu juga mengulang 7 catatan kritis isu pendidikan di Indonesia. 7 catatan kritis ini dihasilkan dalam rapat kerja (raker) antara Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadik) dengan stakeholder terkait di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Jakarta, pada Jumat (19/1/2024). 

Stakeholder terkait itu, di antaranya para humas mitra, seperti Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, kemudian Direktorat Jenderal (Ditjen) Kemdikbud Ristek, diantaranya Ditjen Pendidikan Vokasi, Ditjen Dikti, Ditjen GTK, Ditjen Paud Dikdasmen, Ditjen Kebudayaan, dan Badan Bahasa. 

Tema raker adalah "Membangun Sinergitas Jelang Transisi Pemerintahan". Ketua Fortadik, Syarief Oebaidillah, mengatakan, tujuan Raker Fortadik 2024 adalah mempererat silaturahmi dan kolaborasi dengan para mitra terkait. 

"Selain itu, raker juga ditujukan untuk merancang program Fortadik ke depannya," ujar Syarief. Selanjutnya, Fortadik juga mengulas sejumlah catatan kritis atas capaian bidang pendidikan dan kebudayaan di dalam raker. Berangkat dari raker tersebut, Fortadik memberikan 7 catatan kritis tentang isu-isu di dunia pendidikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun