Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hardiknas Ke-65, "Melanjutkan Merdeka Belajar?"

2 Mei 2024   09:19 Diperbarui: 2 Mei 2024   09:54 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan berikutnya, bila tahun lalu, semarakan merdeka belajar, nyatanya masih sebatas slogan, apakah tahun ini, lanjutkan merdeka belajar, akan kembali menjadi sekadar kata-kata? Slogan lagi?

Tentunya tidak, sebab tahun ini, Kurikulum Merdeka sudah ditetapkan menjadi Kurikulum Nasional, sehingga lanjutkan merdeka belajar, pasti akan berlanjut. Hanya berlanjutnya apakah sesuai dengan ekspetasi atau tidak.

Kurikulum Merdeka, masalah guru

Diberlakukannya Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Nasional (Kurnas) di sejak 2024, persoalan yang langsung menghadang sudah pasti, masalah gurunya. Apakah siap?

Guru adalah pihak yang berada di garis terdepan untuk melaksanakan amanat kurikulum tersebut. Guru adalah aktor utamanya, ujung tombaknya. 

Namun, sebaik-baiknya struktur dan konsep sebuah kurikulum, bila pemeran utamanya tidak siap, maka tetap saja, akan menjadi sebuah kesia-siaan. Kualitas pendidikan akan sulit terdongkrak tanpa didukung oleh guru-guru yang berkualitas, berkompeten. 

Bercermin dari pelaksanaan Kurikulum 2013. Kurikulum tersebut menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Guru dituntut harus kreatif untuk dapat menyajikan pembelajaran dengan berbagai macam metode. Tetapi, apa yang terjadi? 

Masih banyak guru yang mengajar dengan metode klasik lintas kurikulum: metode ceramah. Sebuah metode yang masih jadi pilihan utama kebanyakan guru hingga kini. Dan, terbukti, selama hampir sembilan tahun pelaksanaan Kurikulum 2013, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kualitas pendidikan Indonesia tidak mengalami kemajuan berarti. 

Apakah Kurikulum Merdeka dengan tema Hardiknas ke-65 "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar", akan mengalami nasib yang sama? 

Masih terlalu dini untuk menyimpulkannya. Biarlah kurikulum itu terus berproses dan diterapkan di sekolah-sekolah dengan kita senantiasa memberikan masukan kritis kepada pemerintah tentunya, terpenting, semangatnya: "lanjutkan!"

Sebelum bicara "lanjutkan" ada sedikit catatan saya tentang Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka atau Kurnas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun