Sebab, sepeninggal Ki Hajar Dewantara, pendidikan Indonesia terus tercecer, karena lebih banyak manusia atau orang yang sudah terdidik di Indonesia, tidak dapat menempatkan diri dengan benar dan baik sebagai manusia atau orang yang terdidik di setiap persinggahannya. Bahkan sampai tidak dapat menghargai dirinya sendiri.
Lihatlah fakta, yang saya kutip dari beberapa media di (4/2/2021), sebab, fakta yang terbaru di 2023 belum terpublikasi di media massa Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia, menduduki posisi keempat terbesar di dunia. Namun, dari jumlah yang besar ini hanya 8,5 persen berhasil lulus pendidikan tinggi. Hal ini, disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
Hasto menyebut jumlah penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi memang masih rendah. "Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017 penduduk yang berpendidikan tinggi hanya 8,5 persen dari total penduduk berusia 14 tahun ke atas," kata Hasto, dilansir dalam Webinar Implikasi Hasil Sensus Penduduk 2020 Terhadap Kebijakan Pembangunan Kependudukan, secara daring oleh Kemenko PMK, Kamis (4/2/2021).
Hasto membeberkan, pada 2017 data yang ada belum jauh berubah hingga saat ini. Dia pun mengatakan jika sebagian besar penduduk Indonesia hanya mencapai pendidikan jenjang menengah pertama.
Berikutnya, saya kutip dari databoks.katadata.co.id (20/11/2021), berdasarkan data Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia mencapai 272,23 juta jiwa pada Juni 2021. Berdasarkan jenjang pendidikannya, sebanyak 59,19 ribu jiwa atau hanya 0,02% penduduk Indonesia yang berpendidikan hingga jenjang S3. Sebanyak 822,47 ribu jiwa atau 0,03% penduduk yang berpendidikan hingga S2. Lalu, penduduk yang berpendidikan hingga S1 sebanyak 11,58 juta (4,25%).
Sementara penduduk yang menempuh pendidikan jenjang D3Â sebanyak 3,46 juta jiwa (1,27%), serta berpendidikan D1 dan D2 mencapai 1,15 juta jiwa (0,42%). Total, sebanyak 17,08 juta jiwa (16,7%) penduduk Indonesia yang berpendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Sehingga, total penduduk yang berpendidikan hingga sekolah lanjutan pertama dan atas sebanyak 95,82 juta jiwa (35,2%). Secara rinci, penduduk yang berpendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) mencapai 56,15 juta jiwa (20,63%) dan yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanya 39,67 juta jiwa (14,57%).
Sedangkan yan tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 64,84 juta jiwa (23,82%). Sebanyak 31 juta jiwa (11,39%) penduduk yang belum tamat SD, serta 63,49 juta jiwa (23,32%) yang tdak/belum sekolah.
Apakah data tersebut, perbedaannya akan signifikan bila diambil data terbaru hingga 2023? Semoga ada perubahan yang signifikan. Tetapi bila peringatan Hardikanas ke-64 saja, pemerintah masih merasa Merdeka Belajar belum semarak, apa mungkin akan signifikan hasilnya?
Terdidik dan tercerahkan
Atas persoalan pendidikan di Hardiknas ke-64 yang masih berkutat pada persoalan klasik, ada hal yang mengibur sanubari saya. Mata hati dan pikiran saya.
Hal ini, saat pagi ini, saya membaca ulang artikel yang tayang di lemhannas.go.id (02/07/2019). Dalam artikel tersebut, dijelaskan,Tenaga Profesional Bidang Sosial dan Budaya Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia Dr. Anhar Gonggong memberikan pembekalan kepada Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Lemhannas RI T.A. 2018 dengan topik "Belajar dari Sejarah untuk Merancang Masa Depan" pada Selasa (2/7), di Ruang Syailendra, Gedung Astagatra Lantai 3.